Foto, ilustrasi. Seorang istri sedang cemburu pada suaminya yang asyik chatting dengan seseorang di media sosial. |
Queensha.id - Edukasi Sosial,
Di era digital, media sosial telah menjadi ruang baru untuk berinteraksi. Namun, tanpa disadari, aktivitas sederhana seperti memberi komentar, mengirim pesan, atau sekadar menekan tombol “suka” bisa memicu luka dalam rumah tangga.
Ada pasangan yang memilih diam, meski hatinya terluka. Ada pula yang bersikap acuh, walau sesungguhnya menyimpan rasa cemburu. “Ah, ini hanya dunia maya,” begitu dalih yang kerap dijadikan pembenaran.
Faktanya, media sosial kini menjadi salah satu pintu terbesar perselingkuhan. Tidak selalu diawali pertemuan fisik, perselingkuhan bisa bermula dari ruang komentar, lalu bergeser ke pesan pribadi.
Cemburu di Era Digital
Siapa yang tak cemburu bila melihat suami atau istri terlalu asik berinteraksi dengan lawan jenis di media sosial? Sebagian orang memilih memendamnya demi keutuhan rumah tangga. Namun, dalam diam itu, terkadang rasa sakit justru semakin besar.
Para konselor pernikahan menyebut fenomena ini sebagai “selingkuh digital” — perselingkuhan yang lahir bukan dari tatap muka, melainkan dari layar.
Saran: Akun Bersama untuk Keterbukaan
Salah satu langkah sederhana untuk mencegah godaan ini adalah dengan saling terbuka, bahkan sebagian pasangan memilih menggunakan satu akun media sosial bersama. Bukan berarti menghilangkan privasi, melainkan upaya untuk menjaga kepercayaan, sekaligus menghadapi godaan yang kerap datang ketika kondisi rumah tangga sedang rapuh.
Sebab, sebagaimana pepatah lama, godaan hadir bukan dari kekurangan pasangan, melainkan dari ilusi kesempurnaan yang ditawarkan “setan” ketika hati manusia sedang goyah.
Pandangan Islam tentang Media Sosial
Menurut Islam, menjaga rumah tangga berarti menjaga pandangan, hati, dan perilaku, baik di dunia nyata maupun maya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH. Cholil Nafis, pernah menegaskan bahwa interaksi di media sosial harus dijaga sesuai adab Islam. “Kalau ada komunikasi yang berlebihan dengan lawan jenis, meski hanya lewat media sosial, itu bisa mengarah pada zina hati. Dan itu jelas dilarang,” ujarnya.
Senada dengan itu, KH. Quraish Shihab dalam salah satu kajiannya menekankan bahwa ghaddul bashar (menundukkan pandangan) tidak hanya berlaku saat bertemu fisik, tetapi juga ketika berinteraksi lewat dunia maya.
Menjaga Rumah Tangga di Era Digital
Media sosial sejatinya hanyalah alat. Ia bisa menjadi sarana memperkuat silaturahmi, atau justru meretakkan rumah tangga. Semua bergantung pada cara penggunanya.
Islam memberi panduan jelas: jauhi hal-hal yang mendekatkan pada perselingkuhan, jaga hati, dan utamakan keterbukaan. Karena pada akhirnya, kepercayaan adalah benteng utama dalam rumah tangga.
Media sosial bisa jadi jalan pahala, bisa pula menjadi pintu petaka. Kuncinya ada pada niat, adab, dan keterbukaan dengan pasangan. Dalam Islam, menjaga hati dan komunikasi adalah kunci utama agar rumah tangga tetap kokoh di tengah derasnya arus digital.
***