Foto, tangkap layar lukisan Siti Lampir Maimunah, dikutip dari berbagai sumber. |
Queensha.id - Sejarah,
Nama Mak Lampir sudah lama melekat dalam ingatan masyarakat Indonesia sebagai sosok mistis yang menyeramkan, bertawa melengking dan identik dengan kegelapan. Namun di balik kisah horor yang populer di layar kaca dan cerita rakyat, tersimpan sejarah panjang dan kompleks yang berakar dari legenda kuno Asia Tenggara.
Menurut catatan sejarah lisan, Mak Lampir memiliki nama asli Siti Lampir Maimunah yang berasal dari wilayah Sumatera Barat dan memiliki kaitan erat dengan legenda Tujuh Manusia Harimau dari Minangkabau. Namun, asal-usul kisahnya juga menyentuh ranah lintas budaya, karena tokoh ini disebut sebagai putri dari Kerajaan Champa, kerajaan kuno yang berpusat di kawasan Vietnam Tengah dan Selatan antara abad ke-7 hingga 19 Masehi.
Dari Putri Cantik Menjadi Legenda Gelap
Dalam versi legenda yang banyak beredar, Siti Lampir Maimunah digambarkan sebagai seorang putri cantik jelita yang memiliki ilmu tinggi. Ia jatuh cinta kepada Datuk Panglima Kumbang, namun hubungan keduanya tidak direstui keluarga kerajaan.
Karena patah hati, Siti Lampir memutuskan bertapa di Gunung Marapi, tempat di mana ia kemudian berguru kepada seorang sakti mandraguna dan memperoleh ilmu kesaktian luar biasa.
Sejak saat itu, masyarakat sekitar mulai mengenalnya dengan sebutan Mak Lampir, sosok yang namanya saja sudah cukup membuat orang ketakutan.
Tragisnya, pertemuan kembali dengan kekasihnya justru berakhir di medan pertempuran, dan Datuk Panglima Kumbang tewas di tangannya. Dalam keputusasaan, Mak Lampir mencoba menghidupkannya kembali dengan ilmu hitam, namun harus membayar mahal: wajahnya berubah menjadi buruk rupa.
Sejak itu, Mak Lampir tidak lagi dikenal sebagai putri kerajaan, melainkan makhluk yang menebar malapetaka, simbol kegelapan yang menakutkan dan abadi dalam cerita rakyat.
Pandangan Pengamat Sejarah
Menurut Dr. Haryo Santosa, pengamat sejarah dan kebudayaan Nusantara, legenda Mak Lampir merupakan cerminan dari pergeseran budaya dan nilai perempuan dalam tradisi lisan Indonesia.
“Mak Lampir bukan sekadar kisah mistis, tapi refleksi sosial. Ia menggambarkan bagaimana perempuan yang berani, kuat, dan berbeda dari norma masyarakat sering kali dikonstruksi menjadi sosok jahat dalam budaya lisan,” ujar Dr. Haryo, Sabtu (11/10/2025).
Ia juga menambahkan bahwa cerita Mak Lampir menjadi contoh bagaimana legenda diadaptasi lintas wilayah.
“Asal-usulnya dari Champa dan Minangkabau, tapi kisahnya berkembang hingga ke Jawa dengan nuansa yang lebih lokal. Ini menunjukkan kekayaan budaya dan transmisi cerita di Nusantara,” jelasnya.
Dari Legenda ke Budaya Populer
Di era modern, Mak Lampir sudah menjadi ikon budaya pop — terutama lewat sinetron dan sandiwara radio era 90-an. Suara tawanya yang khas masih diingat oleh banyak orang hingga kini. Meski berkonotasi negatif, nama “Mak Lampir” kerap digunakan secara jenaka sebagai julukan untuk perempuan galak atau cerewet.
Bagi sebagian kalangan, Mak Lampir bukan sekadar hantu atau legenda, tapi simbol abadi dari cinta yang berujung kutukan, kecantikan yang terbalas kesedihan, dan kekuatan perempuan yang salah dimaknai.
***
Sumber: Wiki.