Notification

×

Iklan

Iklan

Misteri Alas Roban: Dari Jalur Angker Jadi Layar Lebar, Ketika Horor dan Sejarah Bertemu di Batang

Selasa, 21 Oktober 2025 | 16.43 WIB Last Updated 2025-10-21T09:45:22Z

Foto, fleyer film Misteri Alas Roban dan adegan film oleh Michelle Ziudith di lokasi di pasar Limpung, kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Queensha.id - Batang,


Suara angin yang berdesir di antara pepohonan lebat, jalan berkelok di tengah gelap malam, dan kisah yang turun-temurun tentang makhluk tak kasat mata dan semua itu kini dihidupkan kembali lewat film Misteri Alas Roban, yang mulai diproduksi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.


Film ini disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu, sutradara yang dikenal lewat karya-karya horornya yang kuat secara atmosfer dan emosional. Ia menggandeng deretan aktor papan atas seperti Michelle Ziudith (sebagai Sita), Rio Dewanto (Anto), Taskya Namya (Tika), Imelda Therinne (Dewi Raras), Dewi Pakis (Bu Emah), serta Fara Shakila dan Saputra Kori.


“Film ini bukan sekadar menakut-nakuti, tapi juga mengingatkan kita pada sisi gelap sejarah yang pernah terjadi di tanah ini,” ujar salah satu kru produksi kepada Queensha Jepara, Selasa (21/10/2025).



Legenda Kelam di Balik Keindahan Alas Roban


Alas Roban bukan sekadar jalur lintas Pantura biasa. Hutan yang membentang di wilayah Kabupaten Batang itu punya sejarah panjang dan kelam.



Pada awal abad ke-19, kawasan ini dibabat oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels untuk membangun jalan raya penghubung utara Jawa. Ribuan pekerja paksa dikerahkan, banyak di antaranya meninggal dan jasadnya dibuang di sekitar hutan hingga menjadikannya simbol derita dan pengorbanan manusia di masa kolonial.


Dekade 1980-an, wilayah ini kembali jadi sorotan karena dipercaya menjadi lokasi pembuangan korban penembakan misterius (Petrus). Sejak itu, masyarakat mulai menyebutnya sebagai “jalur tengkorak” yaitu tempat yang tak hanya berbahaya secara fisik, tetapi juga sarat energi mistis.



Antara Fakta dan Mistis: Cerita yang Tak Pernah Padam


Bagi masyarakat setempat, cerita mistis tentang makhluk gaib penghuni Alas Roban sudah menjadi bagian dari keseharian.



Mulai dari pocong, genderuwo, kuntilanak, hingga sosok pengendara tanpa kepala disebut sering menampakkan diri pada malam-malam tertentu.


Ada pula kisah “warung gaib” dan “bengkel gaib” yang diketahui tempat yang tampak nyata di tengah malam, namun menghilang saat pagi tiba.
Suara musik gamelan misterius dan rombongan tak terlihat yang melintas di tengah jalan sering dilaporkan oleh para sopir truk dan bus malam yang melintasi jalur itu.


“Saya pernah lewat malam-malam, tiba-tiba lihat lampu warung di pinggir jalan. Pas balik lagi, warungnya sudah nggak ada,” ujar Sutrisno (58), sopir truk asal Pekalongan.



Ketika Horor Nyata Diangkat ke Layar Lebar


Film Misteri Alas Roban mencoba menyatukan elemen sejarah, tragedi, dan horor lokal menjadi satu narasi sinematik.
Dengan naskah yang terinspirasi dari kisah nyata, film ini berusaha menghidupkan ulang mitos-mitos lama dengan pendekatan modern, tanpa kehilangan nuansa lokal yang pekat.


Sutradara Hadrah Daeng Ratu menegaskan, produksi ini tidak hanya mengandalkan efek kejutan dan ketegangan, tapi juga menggali sisi humanis dari ketakutan itu sendiri.
“Ketakutan bukan hanya datang dari hantu, tapi juga dari sejarah yang belum disembuhkan,” ucapnya.



Harapan Warga dan Potensi Wisata Mistis


Kehadiran tim produksi film ini disambut antusias oleh masyarakat Batang. Mereka berharap, tayangnya Misteri Alas Roban nanti dapat mengangkat nama daerah sekaligus menumbuhkan ekonomi lokal.


“Semoga setelah film ini rilis, orang makin penasaran datang ke Batang. Bisa jadi wisata sejarah sekaligus mistis,” kata Wardi (47), warga Desa Limpung.


Dengan latar yang nyata, kisah yang berakar pada sejarah, dan penampilan bintang-bintang besar, Misteri Alas Roban diyakini akan menambah daftar panjang film horor Indonesia yang tak hanya menegangkan, tetapi juga meninggalkan pesan moral yang dalam.


Film ini rencananya tayang di bioskop pada tahun 2026, dan dijanjikan akan menjadi perpaduan antara misteri, tragedi, dan spiritualitas Jawa hingga sebuah pengalaman horor yang menggugah kesadaran sejarah bangsa.


***