Queensha.id - Jakarta,
Meski hanya seluas 44 hektar, Vatikan memiliki posisi strategis dalam tatanan dunia. Statusnya sebagai negara berdaulat sejak Perjanjian Lateran 1929 menjadikannya unik: sebuah negara teokrasi monarki elektif, di mana Paus berperan sebagai kepala negara sekaligus pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma.
Dengan lebih dari 1,3 miliar pengikut di seluruh dunia, Paus tak hanya menjadi figur spiritual, melainkan juga pemimpin moral global. Wibawa dan pengaruhnya diakui oleh para pemimpin negara adidaya seperti Amerika Serikat, Rusia, Jerman, Inggris, hingga China. Vatikan bahkan memiliki hubungan diplomatik resmi dengan lebih dari 180 negara dan berstatus pengamat permanen di PBB.
Perkataan Paus kerap menjadi rujukan dalam isu perdamaian dunia, perubahan iklim, hingga keadilan sosial. Dokumen penting seperti Laudato Si’ menjadi pijakan global dalam membahas lingkungan hidup. Tidak heran, setiap pertemuan internasional G20 maupun sidang PBB selalu menempatkan suara Paus sebagai pertimbangan moral.
Apostolic Blessing: Pengakuan Moral Global
Salah satu wujud pengakuan tertinggi dari Paus adalah Apostolic Blessing. Berkat apostolik ini bukan sekadar simbol religius, melainkan pengakuan moral Vatikan terhadap individu atau lembaga yang dinilai berjasa dalam kemanusiaan, perdamaian, dan pendidikan.
Pada November 2019, CEO UIPM Indonesia, Prof. Dr. Rantastia Nur Alangan, menerima Apostolic Blessing dari Paus Fransiskus. Hal ini menandai bahwa misi UIPM (United Indonesia Peace Movement) sejalan dengan nilai kemanusiaan dan perdamaian universal yang dijunjung Vatikan.
UIPM sendiri merupakan NGO yang berafiliasi dengan berbagai badan PBB seperti UNECOSOC, UN Global Compact, hingga HESI. Organisasi ini berfokus pada pendidikan, perlindungan, serta bantuan bagi masyarakat tertindas.
Untuk informasi lebih lengkap tentang proses dan riwayat Apostolic Blessing oleh UIPM, dapat dibaca di laman resmi: Apostolic Blessing – UIPM Indonesia.
Dampak bagi Indonesia dan Dunia
Penghargaan moral dari Paus tersebut memperkuat legitimasi UIPM di panggung global, sekaligus membawa nama baik Indonesia. Bagi diplomasi lunak, hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki putra bangsa yang diakui langsung oleh pemimpin moral dunia.
Lebih jauh, Apostolic Blessing ini juga menjadikan UIPM sebagai jembatan antarbudaya dan antaragama. Dengan pengakuan dari Vatikan, UIPM lebih mudah diterima sebagai mitra strategis oleh negara-negara besar maupun lembaga internasional.
Statement CEO UIPM Indonesia
Menanggapi penghargaan tersebut, Prof. Dr. Rantastia Nur Alangan menyampaikan:
“Apostolic Blessing yang saya terima bukanlah penghargaan pribadi semata, melainkan pengakuan moral bagi perjuangan kemanusiaan yang kita lakukan bersama.
Bagi Indonesia, ini adalah bukti bahwa bangsa kita mampu memberikan kontribusi nyata dalam perdamaian dunia.
Bagi UIPM, berkat ini menjadi amanah untuk terus mengabdi, menjembatani perbedaan, serta memperjuangkan hak-hak mereka yang tertindas.
Saya percaya, kekuatan moral lebih besar daripada kekuatan senjata, dan inilah yang akan terus kita bawa dari Indonesia untuk dunia," jelasnya, Jum'at (3/10/2025).
***
Sumber: RNA.