Notification

×

Iklan

Iklan

Detektif Jubun Ungkap Sisi Gelap Love Scam dan Penipuan Kerja Luar Negeri: Mereka Tak Hanya Mencuri Uang, Tapi Kepercayaan

Sabtu, 01 November 2025 | 16.24 WIB Last Updated 2025-11-01T09:25:43Z

Foto, detektif Jubun.

Queensha.id - Jakarta,


Gelombang penipuan berkedok lowongan kerja luar negeri dan love scam atau penipuan asmara digital kini kian marak menghantui masyarakat Indonesia. Di balik layar media sosial, banyak korban yang kehilangan harta, kebebasan, bahkan nyawa.


Detektif swasta sekaligus pakar hukum, Detektif Jubun, mengungkap bahwa kejahatan jenis ini merupakan bentuk kerakusan manusia yang paling keji.


“Saya sudah melihat banyak wajah kejahatan tapi penipuan yang mengorbankan nyawa dan bahkan organ manusia adalah bentuk paling keji dari kerakusan,” ujar Jubun dalam wawancara khusus.



“Kasus di Kamboja ini bukan hanya kejahatan ekonomi, tapi kejahatan terhadap nurani manusia,” tambahnya dengan nada tegas.



Jerat Lowongan Kerja Fiktif: Dari Janji Manis ke Perdagangan Organ


Menurut Jubun, sindikat penipuan kerja ke luar negeri umumnya memikat korban dengan iming-iming gaji besar dan proses cepat. Negara tujuan yang sering disebut antara lain Kamboja, Myanmar, dan Laos. Namun sesampainya di lokasi, para korban justru disekap, dipaksa bekerja sebagai operator scamming internasional, bahkan ada yang berakhir menjadi korban perdagangan organ.


“Jangan mudah percaya pada janji kerja cepat, apalagi jika jalurnya samar dan dokumennya tidak jelas. Kejahatan modern sering datang dengan wajah yang meyakinkan,” tegasnya.


Jubun menuturkan, banyak korban direkrut melalui media sosial, lalu dikirim menggunakan visa wisata. Setelah sampai di luar negeri, mereka kehilangan paspor dan akses komunikasi.



Sindikat Internasional di Balik Love Scam


Selain modus pekerjaan palsu, Jubun juga mengungkap banyak kasus love scam atau penipuan asmara daring yang ia tangani melibatkan sindikat lintas negara.


“Saya sangat sering menangani kasus love scam. Dalam penyelidikan, saya bekerja sama dengan ahli keamanan siber dan detektif luar negeri untuk melacak jejak digital para pelaku,” jelasnya.



“Sebagian besar pelaku terhubung dengan jaringan internasional. Menemukan mereka tidak sulit, asal tahu cara membaca jejak digital," imbuhnya.


Modus mereka pun mirip: membangun hubungan emosional dengan korban lewat media sosial, menciptakan profil palsu — seperti dokter, tentara, atau pengusaha sukses, lalu memancing empati dengan kisah hidup yang tampak sempurna. Begitu korban percaya, pelaku mulai meminta uang dengan alasan darurat seperti kecelakaan, bisnis gagal, atau visa tertahan.



6 Tanda Love Scam Menurut Detektif Jubun


Untuk menghindari jebakan cinta palsu di dunia maya, Jubun membagikan langkah-langkah penting berikut:


  1. Waspadai cinta yang datang terlalu cepat. Pelaku biasanya terburu-buru menyatakan cinta dan berjanji menikah.
  2. Jangan pernah kirim uang, berapa pun alasannya. Modus klasik mereka selalu memakai alasan darurat.
  3. Periksa latar belakang. Gunakan reverse image search untuk memastikan foto profil bukan hasil curian.
  4. Waspadai profil yang terlalu sempurna. Semakin indah kisahnya, semakin patut dicurigai.
  5. Jangan bagikan data pribadi atau foto sensitif. Ini sering digunakan untuk pemerasan.
  6. Gunakan logika, bukan perasaan. Jika kata manis membuat seseorang berhenti berpikir, pelaku sudah setengah berhasil.

“Jangan takut malu untuk melapor,” ujar Jubun. “Satu laporan bisa menyelamatkan banyak orang lain dari jebakan yang sama.”



“Setiap Jejak Menuntut Keadilan”


Sebagai detektif yang telah lebih dari satu dekade menangani kasus penipuan lintas negara, Jubun menilai bahwa kejahatan digital kini semakin kompleks, namun tetap meninggalkan jejak digital yang bisa diusut.


“Bagi para korban dan keluarganya, kalian tidak sendiri. Kebenaran akan menemukan jalannya. Karena bagi saya, setiap jejak meninggalkan cerita — dan setiap cerita menuntut keadilan,” katanya penuh empati.


Menutup wawancara, Jubun menyampaikan pesan yang menyentuh hati:


“Penipu asmara tak mencuri uang tapi mereka mencuri kepercayaan. Dan ketika kepercayaan hilang, yang tersisa hanyalah pelajaran," pungkasnya.


***

Reporter: Vico Rahman.
31 Oktober 2025.
Queensha Jepara.