Notification

×

Iklan

Iklan

Rismon Hasiholan Sianipar: Ilmuwan Multimedia dan Kriptografi Indonesia yang Mendunia, Siapkan Terobosan Besar untuk Kemandirian Forensik Digital

Senin, 24 November 2025 | 07.30 WIB Last Updated 2025-11-24T01:02:51Z

Foto, Rismon Hasiholan Sianipar. (sumber foto: Tribunnews)


Queensha.id – Jakarta,



Nama Dr. Eng Rismon Hasiholan Sianipar, S.T., M.T., M.Eng. mungkin belum sepopuler tokoh publik lain, namun kiprahnya di dunia teknologi keamanan digital, kriptografi, dan forensika multimedia sudah lama menembus Jepang dan diakui komunitas ilmiah internasional. Lahir di Pematang Siantar pada 25 April 1977, perjalanan akademik dan risetnya dipenuhi tonggak-tonggak penting yang jarang dicapai peneliti Indonesia.



Awal Perjalanan: Dari SMAN 3 Siantar ke Universitas Gadjah Mada


Setelah menamatkan pendidikan di SMAN 3 Pematang Siantar, Rismon merantau ke Yogyakarta pada tahun 1994. Ia kemudian meraih gelar Sarjana Teknik (1998) dan Magister Teknik (2001) dari Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan penelitian yang berfokus pada analisis sinyal tak-stasioner menggunakan peta waktu-frekuensi dan transformasi wavelet.


Penelitian ini menjadi dasar pijakan bagi ketertarikannya pada dunia pemrosesan sinyal, citra, dan video digital, bidang yang terus ia tekuni hingga kini.



Menjadi Peneliti Berkelas Internasional di Jepang


Pada 2003, langkahnya melebar ke panggung internasional setelah meraih beasiswa Monbukagakusho dari Pemerintah Jepang. Ia melanjutkan studi di Universitas Yamaguchi dan menyelesaikan:


  • Master of Engineering (2005)
  • Doctor of Engineering (2008)


Di bawah bimbingan Prof. Dr. Hidetoshi Miike, ia menggabungkan model tapis non-linear FitzHugh–Nagumo dengan Elliptic Curve Cryptography (ECC) untuk meningkatkan keamanan dan otentikasi data multimedia.


Inovasi tersebut tidak hanya dipublikasikan dalam jurnal internasional, tetapi juga resmi dipatenkan di Jepang.



Pengalaman Kriptanalisis dan Forensik Multimedia


Selama bertahun-tahun tinggal dan bekerja di Jepang, Rismon menggarap proyek riset strategis di bidang:


  • Kriptografi & kriptanalisis
  • Forensik audio/citra/video
  • Digital watermarking
  • Analisis sinyal tingkat lanjut


Ia bahkan memiliki pengalaman langsung memecah kode (kriptanalisis) pada sejumlah data intelijen dalam proyek-proyek riset Jepang—sebuah pencapaian yang jarang dimiliki peneliti Indonesia di luar negeri.


Kritik terhadap Ketergantungan Indonesia pada Perangkat Lunak Asing


Nama Rismon pernah menjadi sorotan ketika ia menjadi saksi ahli IT dan forensik digital dalam kasus Jessica Kumala Wongso (2016). Dari pengalaman di lapangan itulah ia menemukan fakta memprihatinkan:


Perangkat lunak forensik dan visi komputer yang dipakai penegak hukum Indonesia mayoritas buatan asing, tertutup, dan tidak dapat diverifikasi kebenarannya.


Ketergantungan ini dinilai berbahaya, terutama untuk proses hukum yang menuntut transparansi dan objektivitas.



Membangun Software Forensik Buatan Anak Negeri


Sejak 2014, Rismon mengembangkan GUI Pemrosesan Sinyal, Citra, dan Video Digital berbasis MATLAB, dan pada 2017 ia memperbaruinya secara besar-besaran untuk kebutuhan:


  • Laboratorium kampus
  • Riset lanjutan
  • Forensik multimedia
  • Pengajaran pemrosesan sinyal dan visi komputer


Pengembangan lanjutan berbasis VB.NET dan C#.NET kini terus dilakukan bersama tim, agar Indonesia bisa memiliki perangkat lunak forensik sendiri yang:


  • Transparan
  • Hemat biaya
  • Mampu diverifikasi di pengadilan
  • Tidak bergantung pada negara lain



Bidang Keahlian Utama Rismon


  • Keamanan multimedia
  • Pemrosesan sinyal, citra, dan video digital
  • Kriptografi & komunikasi digital
  • Forensik multimedia
  • Kompresi dan pengkodean data


Hingga kini ia telah menulis puluhan buku nasional, puluhan publikasi ilmiah, dan mengantongi sejumlah paten Jepang.



Statement Rismon H. Sianipar untuk Ke Depannya


Berikut pernyataan resmi yang menggambarkan visi dan komitmen Rismon terhadap masa depan teknologi forensik dan keamanan digital di Indonesia:


“Ke depan, fokus saya adalah memastikan Indonesia memiliki kedaulatan digital, terutama di bidang forensik multimedia dan kriptografi. Kita tidak boleh selamanya bergantung pada perangkat lunak asing yang bersifat tertutup dan tidak dapat diverifikasi.


Saya ingin membangun ekosistem riset dan perangkat lunak nasional yang bisa digunakan penegak hukum, akademisi, dan industri—yang proses numeriknya bisa dibuka, diuji, dan dipertanggungjawabkan di depan hakim.


Tujuan saya sederhana: menghadirkan teknologi forensik yang adil, transparan, dan dapat dipercaya, demi tegaknya hukum dan martabat bangsa," pungkasnya.


***

Tim Redaksi.