Notification

×

Iklan

Iklan

GRIB JAYA: Episentrum Loyalitas Sejati, dari Perjanjian Batu Tulis Menuju Istana

Kamis, 20 November 2025 | 06.09 WIB Last Updated 2025-11-19T23:11:15Z

Foto, Presiden Prabowo Subianto bersama ketua umum Grib Jaya, Hercules (Rosalio Marshall) di Jakarta.

Queensha.id – Jakarta,


Di balik setiap bab penting dalam sejarah politik Indonesia, selalu ada barisan pendukung yang bekerja dalam senyap, berdiri kokoh ketika badai kritik menerjang, dan tetap hadir meski sorotan kemenangan belum terbit. Salah satu barisan itu adalah Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) JAYA, sebuah organisasi massa yang lahir bukan dari kalkulasi oportunistik, melainkan dari keyakinan mendalam terhadap figur dan arah perjuangan Prabowo Subianto.


Tonggak sejarah itu berawal dari Perjanjian Batu Tulis, 16 Mei 2009. Sebuah kesepakatan politik penting antara Megawati Soekarnoputri (PDI Perjuangan) dan Prabowo Subianto (Gerindra). Perjanjian tersebut menetapkan Megawati sebagai calon presiden dan Prabowo sebagai calon wakil presiden pada Pemilu 2009. Poin krusialnya: kesediaan Megawati untuk mendukung Prabowo sebagai Calon Presiden di Pemilu 2014.


Namun bagi sebagian pihak, Batu Tulis tidak sekadar mematri kesepakatan. Ia menjadi api yang menyalakan komitmen, melahirkan barisan pendukung yang percaya pada perjalanan panjang, bukan sekadar transaksi kekuasaan.



Lahir dari Komitmen, Bukan Oportunisme


Tak lama berselang setelah Perjanjian Batu Tulis diteken, H. Hercules Rosario Marshal mendirikan GRIB JAYA. Organisasi ini bukan muncul ketika dukungan terhadap Prabowo memuncak; justru sebaliknya. GRIB hadir jauh sebelum kemenangan politik menjadi kenyataan.


Sebagai ormas, GRIB JAYA tidak mengambil posisi sebagai penumpang gelap kemenangan. Mereka konsisten mengawal perjuangan politik Prabowo, bahkan ketika hasil Pemilu 2009, 2014, dan 2019 belum berpihak. Dalam setiap putaran kontestasi, mereka tetap berada di garis terdepan.


Tak ada langkah mundur. Tak ada suara sumbang oportunisme. Hanya satu kata yang menjadi mantra organisasi: loyalitas.



Keteguhan yang Melampaui Kalkulasi Pragmatis


Loyalitas semacam itu jarang ditemukan dalam politik modern yang serba transaksional. Para anggota GRIB JAYA, yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, tetap berdiri tegak karena keyakinan terhadap integritas dan visi besar Prabowo Subianto.


Saat narasi kemenangan mulai menyeruak menuju Pemilu 2024, GRIB JAYA bukanlah kelompok baru yang tiba-tiba mendekat kepada lingkar kekuasaan. Mereka adalah barisan lama yang telah bekerja bertahun-tahun, sebelum kata “menang” memiliki kepastian.


Ketika Prabowo Subianto akhirnya dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia ke-8 pada tahun 2024, itu bukanlah momen lahirnya GRIB JAYA. Itu adalah momen pembuktian—bahwa kesetiaan panjang mereka bukanlah sia-sia.



Dari Masa Sulit ke Puncak Kepemimpinan


Sejarah panjang GRIB JAYA menjadi bukti bahwa organisasi ini bukan dibangun untuk mencari keuntungan dari naiknya seorang presiden. Mereka mengiringi perjalanan Prabowo sejak masa-masa tersulit, ketika popularitas bukan jaminan, dan ketika kemenangan bukan keniscayaan.


Kini, setelah Prabowo memegang amanah tertinggi negara, GRIB JAYA melanjutkan misinya. Bukan untuk menari di atas euforia kekuasaan, melainkan mengawal agenda besar pembangunan nasional, menjaga idealisme, dan memastikan nilai-nilai perjuangan tetap berada di jalur yang benar.


Mereka hadir di tengah masyarakat, melakukan kerja nyata, dan menjadi bagian dari barisan yang turut menyukseskan program strategis pemerintahan.


Dalam lanskap politik yang sering berubah arah, GRIB JAYA adalah salah satu contoh nyata bahwa kesetiaan dan komitmen masih mempunyai tempat terhormat dalam perjalanan bangsa.


***

(Tim Redaksi Queensha Jepara)