| Foto, ilustrasi. |
Queensha.id - Edukasi Islami,
Di tengah masyarakat modern yang serba cepat dan penuh tekanan, muncul satu fenomena menarik sekaligus mengkhawatirkan: orang-orang yang mengaku tidak takut mati dan tidak merasa takut kepada Allah. Ungkapan seperti ini bukan lagi jarang terdengar, terutama dari kalangan yang tertekan masalah hidup, kecewa terhadap agama, atau terpengaruh cara pandang nihilistik.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: Apa yang membuat seseorang kehilangan rasa takut terhadap kematian dan Tuhannya? Dan bagaimana Islam serta ulama memandang persoalan ini?
Pandangan Islam: Rasa Takut (Khawf) adalah Bagian dari Iman
Dalam Islam, rasa takut kepada Allah bukan sekadar ketakutan fisik, tetapi bentuk kesadaran, penghormatan, dan pengendalian diri. Al-Qur’an dengan tegas menyebut bahwa rasa hormat kepada Allah adalah ciri orang beriman:
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.”
(QS. Fathir: 28)
Namun Islam juga menekankan bahwa ketidakpedulian terhadap kematian sering kali lahir dari dua hal:
-
Lalai dan lupa terhadap akhirat
Allah menyebut manusia dapat terperangkap dalam kelalaian dunia sehingga tak lagi memikirkan hari pembalasan (QS. Al-An’am: 32). -
Hati yang mengeras
Kerasnya hati membuat seseorang sulit menerima nasihat, enggan beribadah, dan tidak gentar terhadap peringatan Allah (QS. Al-Baqarah: 74).
Dalam Islam, orang yang tidak takut mati atau tidak takut Allah bukan berarti “berani” dan justru pertanda lemahnya hubungan spiritual.
Mengapa Ada yang Tak Takut Mati? Tinjauan Psikologis dalam Perspektif Islam
Para ahli keislaman mengidentifikasi beberapa penyebab:
1. Putus asa dan tekanan hidup
Orang yang dihimpit masalah merasa mati adalah jalan keluar. Dalam Islam, kondisi ini disebut ya’s atau putus harapan — sebuah dosa besar karena mengingkari rahmat Allah.
2. Pengaruh pemikiran nihilistik dan modernisme
Beberapa orang memandang hidup tanpa makna spiritual sehingga mati dianggap sekadar hilangnya kesadaran.
3. Minimnya pendidikan agama dan keteladanan
Islam mengajarkan bahwa iman dapat naik-turun. Ketika seseorang jauh dari ilmu, ibadah, dan lingkungan baik, rasa takut kepada Allah perlahan memudar.
4. Trauma atau pengalaman masa lalu
Sebagian orang merasa agama pernah “melukai” mereka melalui figur-figur yang salah, sehingga mereka menjauh dari Allah dan akhirat.
Pandangan Ulama Indonesia: Tidak Takut Allah Bukan Berarti Berani, Tetapi Sedang Sakit Hatinya
KH. Quraish Shihab
Cendekiawan Muslim ini menegaskan:
“Orang yang tidak takut kepada Allah bukan berarti tidak membutuhkan-Nya. Itu justru tanda bahwa hatinya sedang tertutup atau kehilangan cahaya.”
Menurutnya, hati manusia bisa redup dan perlu disirami dengan ilmu dan ibadah.
Habib Luthfi bin Yahya
Tokoh tasawuf Indonesia ini menyebut bahwa hilangnya rasa takut berasal dari hilangnya kesadaran diri:
“Kalau seseorang mengenal dirinya, ia pasti mengenal Tuhannya. Dan kalau ia mengenal Tuhannya, mustahil ia kehilangan rasa takut maupun cinta.”
Menurut Habib Luthfi, orang yang tidak takut mati sering kehilangan makna hidup.
KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)
Aa Gym menjelaskan bahwa:
“Orang yang tidak takut mati sebenarnya bukan berani. Ia sedang tidak siap. Sebab jika seseorang siap bertemu Allah, ia akan takut menyia-nyiakan hidup.”
Ulama NU dan Muhammadiyah
Dalam berbagai kajian, keduanya sepakat bahwa:
- Tidak takut mati adalah tanda kegersangan jiwa.
- Tidak takut kepada Allah adalah tanda imam yang melemah.
- Solusinya adalah taubat, mendekat ke ilmu, dan mencari lingkungan yang baik.
Islam Tidak Mengandalkan Ketakutan, Tetapi Menyeimbangkan Rasa Takut dan Harapan
Islam tidak menginginkan umatnya hidup dalam ketakutan terus-menerus. Konsep khauf (takut) selalu berpasangan dengan raja’ (harapan).
Rasulullah SAW bersabda:
“Seandainya seorang mukmin mengetahui besarnya azab Allah, niscaya ia tidak berharap surga. Dan seandainya ia mengetahui besarnya rahmat Allah, niscaya ia tidak putus harapan dari surga.”
(HR. Muslim)
Dengan kata lain, orang beriman berjalan dengan dua sayap: takut dan harapan.
Ketika salah satu hilang, manusia kehilangan keseimbangan spiritualnya.
Orang yang Tak Takut Mati Bukan Berani, Tetapi Sedang Kehilangan Arah
Dari perspektif Islam dan ulama terkemuka Indonesia, dapat disimpulkan:
- Rasa takut kepada Allah adalah tanda keimanan yang sehat.
- Hilangnya rasa takut muncul karena tekanan hidup, kelalaian, trauma, atau lemahnya ilmu.
- Orang yang tidak takut mati sebenarnya sedang berputus asa atau kehilangan makna, bukan menunjukkan keberanian.
- Islam menawarkan penyembuhan melalui ilmu, dzikir, taubat, dan lingkungan yang baik.
Pada akhirnya, manusia diajak bukan untuk takut tanpa arah, melainkan takut yang melahirkan kesadaran, dan harap yang melahirkan harapan hidup yang lebih baik.
***
Tim Redaksi.