Notification

×

Iklan

Iklan

Perang Nafsu dalam Sunyi: Siapa yang Lebih Tinggi Gairahnya, Laki-Laki atau Perempuan?

Selasa, 09 Desember 2025 | 09.41 WIB Last Updated 2025-12-09T02:41:59Z

Foto, sepasang kekasih.


Queensha.id - Edukasi Sosial,


Pertanyaan tentang siapa yang sebenarnya memiliki gairah lebih tinggi ketika sepasang kekasih berduaan—laki-laki atau perempuan—masih menjadi perdebatan panjang, baik di kalangan masyarakat, pakar psikologi, hingga peneliti hubungan. Stereotip budaya selama ini menempatkan laki-laki sebagai sosok yang “lebih bergairah”, namun sejumlah riset menunjukkan bahwa kenyataannya jauh lebih kompleks.



Stereotip Lama Mulai Dipatahkan


Dalam banyak budaya, laki-laki sering digambarkan sebagai pihak yang lebih agresif secara seksual. Stigma ini terbentuk dari norma sosial yang menganggap laki-laki wajar menunjukkan keinginan, sementara perempuan didorong untuk lebih menahan diri.


Namun pakar psikologi hubungan menyebutkan bahwa apa yang terlihat di permukaan tidak selalu sama dengan kenyataan biologis maupun emosional.


“Perempuan sebenarnya memiliki potensi libido yang sama, bahkan dalam situasi tertentu lebih tinggi,” kata salah satu konselor hubungan di Semarang yang diwawancarai Queensha Jepara. “Yang membedakan adalah bagaimana masing-masing mengekspresikannya.”



Faktor Emosional vs. Faktor Visual


Penelitian modern menegaskan bahwa gairah laki-laki cenderung dipicu oleh rangsangan visual. Sedangkan perempuan lebih dipengaruhi oleh dua komponen besar yaitu koneksi emosional dan rasa aman.

Ketika kedua faktor ini hadir, studi menunjukkan bahwa gairah perempuan dapat meningkat tajam dan bertahan lebih lama dibandingkan laki-laki.


Pada momen kebersamaan yang intim yaitu seperti duduk berduaan, bercerita, atau saling memberi perhatian dan perempuan seringkali mengalami kenaikan gairah bertahap namun intens, sementara laki-laki mengalami peningkatan yang cepat namun cenderung fluktuatif.



Konteks dan Kondisi Jadi Penentu


Para ahli sepakat bahwa tidak ada jawaban tunggal tentang siapa yang “paling tinggi nafsunya”. Faktor penentu justru terletak pada:


  • Kedekatan emosional pasangan
  • Situasi dan suasana hati
  • Pengalaman masa lalu
  • Tingkat kenyamanan dan kepercayaan
  • Kondisi psikologis dan hormon


Dalam hubungan yang sehat dan saling percaya, perempuan bisa memiliki respons gairah yang jauh lebih kuat dibandingkan laki-laki. Namun dalam situasi yang tidak aman secara emosional, respons itu bisa turun drastis.



Mengubah Cara Kita Melihat Gairah


Kesimpulan yang mulai diakui pakar adalah: gairah bukan persoalan siapa yang lebih, tetapi bagaimana kedua pihak merespons satu sama lain.


Menariknya, beberapa penelitian terbaru menemukan bahwa perempuan justru memiliki variasi fantasi dan respons emosional yang lebih kompleks dibanding laki-laki. Artinya, kemampuan perempuan untuk merasakan dan mengekspresikan gairah sebenarnya sangat besar, hanya saja sering dibungkam oleh norma sosial.



Menghargai Batasan dan Komunikasi


Dalam hubungan apa pun, komunikasi menjadi fondasi agar pasangan tidak hanya memahami keinginan masing-masing, tetapi juga batasan. Tanpa komunikasi yang baik, gairah bisa berubah menjadi tekanan atau bahkan konflik.


Konselor hubungan menekankan bahwa memahami dinamika ini akan menghasilkan hubungan yang lebih sehat, harmonis, dan saling menghargai.


Kesimpulannya, tidak ada jenis kelamin yang “paling tinggi nafsunya”. Yang ada hanyalah cara berbeda dalam merasakan, mengekspresikan, dan merespons keintiman. Laki-laki dan perempuan keduanya memiliki potensi gairah yang besar, tetapi dipengaruhi oleh faktor psikologis, konteks, serta relasi yang mereka bangun.


***

(Tim Redaksi Queensha Jepara)