Breaking News

Air Mata Duka Pak Iwan, Penjual Es yang Dianiaya dan Kehilangan Segalanya di Gorontalo

Foto, polisi sedang melakukan penyidikan.


Queensha.id - Pohuwato, Gorontalo, 

Hari itu panas terik. Matahari menyengat, tak ada belas kasih dari langit. Tapi Pak Iwan Amlia (50) tetap melangkah. Dengan motor tuanya, ia susuri gang-gang kecil di Desa Dambalo, Kecamatan Popayato. Satu harapan menggantung di pundaknya—bisa pulang membawa rejeki, walau hanya cukup untuk makan hari itu.

Namun takdir berkata lain.

Senin, 26 Mei 2025, sekitar pukul 14.30 WITA, menjadi hari yang tak akan pernah dilupakan Pak Iwan. Saat sedang melayani pembeli anak-anak kecil yang menanti es krim dengan mata bersinar—datang seorang pria asing. Tanpa permisi, tanpa malu, ia merebut es yang sudah disiapkan.

“Kita punya dulu,” katanya singkat. Tanpa membayar.

Pak Iwan menahan diri. Dengan suara pelan, ia mencoba mengingatkan, “Pak, saya ini cari nafkah…”

Tapi kalimat sederhana itu tak mendapat balasan kemanusiaan. Yang ia terima justru cengkeraman kasar di leher. Tubuh tuanya dicekik, lalu—dengan keji—dipaksa menelan kerupuk bekas. Sisa makanan. Sisa harga diri.

“Jangan begitu, Pak. Sabar dulu,” ucap Pak Iwan dengan sisa tenaga.

Namun pria itu justru makin beringas. Seolah menjadikan tubuh rentanya sebagai pelampiasan amarah yang tak beralasan. Belum cukup, datang seorang temannya. Parang di tangan. Terangkat tinggi. Ancaman nyata.

Pak Iwan lari. Bukan karena pengecut, tapi karena nyawanya dipertaruhkan. Ia lari ke Polsek Popayato, meninggalkan motor, dagangan, dan secuil harapannya di jalanan desa.

Polisi tiba. Tapi yang tersisa hanyalah puing dan abu. Motor satu-satunya alat mencari nafkah hangus dibakar. Lelehannya bercampur dengan sisa-sisa kesedihan.

“Motornya dibakar, dagangannya diacak-acak. Pak Iwan itu orang baik, kenapa harus diperlakukan begitu,” kata seorang warga yang menyaksikan kejadian.

Dua pelaku akhirnya diamankan. U K (35) dari Desa Wanggarasi Tengah, dan R S (40) dari Desa Dambalo kini berada di tangan aparat. Tapi siapa yang bisa menangkap luka di hati Pak Iwan?

“Personel langsung melakukan pencarian dan berhasil mengamankan dua orang terduga pelaku,” kata Kapolres Pohuwato, AKBP Busroni.

Keadilan mungkin sedang berproses. Tapi air mata Pak Iwan malam itu tak bisa diseka oleh hukum. Karena tidak ada hukum yang bisa menghapus rasa malu seorang ayah yang harus menelan sisa makanan orang lain demi bertahan hidup.

Karena sejatinya, tidak ada manusia yang pantas dihina karena mencari makan.

Dan di negeri ini, mestinya, tak ada es krim yang mencair bersamaan dengan harapan.

***

Sumber: BS.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia