Breaking News

Harga Furnitur Lokal Jepara Hancur: Persaingan Tak Sehat dan Pajak Ekspor Mengguncang Industri

Foto, mebel lokal Jepara.


Queensha.id - Jepara,

Dari bengkel-bengkel kayu yang dulunya ramai deru mesin, kini hanya terdengar sunyi. Industri furnitur Jepara, ikon kebanggaan nasional yang telah mendunia selama puluhan tahun, kini tengah berguncang hebat. Harga produk jatuh bebas, bukan karena kualitas menurun, melainkan akibat persaingan tak sehat di dalam negeri dan tekanan fiskal dari luar negeri yang kian mencekik.

Perang Harga Bunuh Diri: UKM Menjerit di Tengah Kepungan Spekulan

Para pengrajin lokal, terutama pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), kini terseok-seok mempertahankan hidup. Produk furnitur dibanjiri oleh pemain baru yang menawarkan harga di bawah ongkos produksi, mendorong perang harga brutal yang mematikan pasar sehat.

“Dulu harga jadi kebanggaan karena kualitas, sekarang dipaksa murah hanya demi bertahan,” keluh Nur Kholis, pemilik bengkel mebel di Kecamatan Tahunan. “Kalau begini terus, kita bukan bersaing, tapi saling menjatuhkan.”

Rosyid: “Lima Gudang Langganan, Sekarang Tak Satu pun Order”

Krisis ini bukan sekadar data, tapi nyata dirasakan di lapangan. Rosyid, seorang perangkat desa yang juga perajin mebel, menyebutkan bahwa lima gudang langganan yang biasanya rutin memesan, kini tak lagi memberi order.

“Dulu saya harus tambah tenaga kerja untuk kejar pesanan. Sekarang malah bingung mau kasih kerja apa ke tukang-tukang saya,” ungkap Rosyid dengan nada getir. Dampaknya bukan hanya pada produksi, tapi juga pada kehidupan ratusan buruh lokal yang menggantungkan hidup pada industri ini.

Pajak Ekspor Amerika: Ancaman Global yang Membungkam Jepara

Sebagai eksportir utama ke Amerika Serikat, Jepara kini terpukul oleh kenaikan bea masuk yang signifikan dari pemerintah AS. Akibatnya, harga produk furnitur Indonesia melonjak, kalah bersaing dari produk Vietnam, Kamboja, bahkan Thailand yang lebih ringan beban fiskalnya.

“Pembeli luar negeri sekarang hitung-hitungan pajak. Mereka pilih barang dari negara yang lebih murah pajaknya. Kita jadi tersingkir,” ujar Indra Gunawan, eksportir furnitur senior dari Jepara.

Saat Negara Lain Melaju, Indonesia Tertatih

Sementara Vietnam dan Kamboja menikmati fasilitas perdagangan bebas dan efisiensi produksi, Jepara masih dibebani biaya bahan baku yang fluktuatif dan minim dukungan pemerintah. Ketimpangan ini membuat furnitur Indonesia makin tertinggal di pasar global.

Jepara di Persimpangan: Dibiarkan Mati atau Diselamatkan?

Jika tidak ada langkah konkret dari pemerintah pusat maupun daerah, kejayaan furnitur Jepara tinggal menunggu waktu untuk tinggal kenangan. Regulasi pasar domestik harus diperketat untuk mencegah banting harga tak rasional. Di sisi lain, diplomasi dagang harus diperkuat agar produk Indonesia tak tersingkir di kancah internasional.

Jepara, yang selama ini dikenal sebagai “Kota Ukir Dunia”, kini butuh uluran tangan. Bukan simpati, tapi strategi dan tindakan nyata.

“Kami bukan minta dimanjakan, kami hanya minta keadilan dalam bersaing,” pungkas Rosyid.

***
Sumber: AR/G7.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia