Foto, kolase Ning Umi Laila dan fleyer resmi dari Pemdes Banyuputih, kecamatan Kalinyamatan, Jepara. |
Queensha.id - Jepara,
Di bawah langit malam yang teduh dan udara sejuk pedesaan, Desa Banyuputih, Kecamatan Kalinyamatan, Jepara, kembali menjadi saksi bisu sebuah momen yang sarat makna spiritual dan budaya. Ribuan pasang mata tertuju ke satu titik: panggung pengajian umum Sedekah Bumi 2025, di mana seorang perempuan muda bersuara lembut memukau seluruh hadirin dari Ning Umi Laila dari Surabaya.
Dikenal dengan gaya dakwahnya yang halus, membumi, dan menyentuh, Ning Umi hadir bukan hanya sebagai penceramah, melainkan sebagai sosok yang menghidupkan suasana malam dengan cinta, iman, dan renungan yang dalam. Wajah cantiknya yang bersahaja mencerminkan ketulusan, sementara tutur katanya menyiram jiwa-jiwa yang haus akan kesejukan rohani.
“Sedekah bumi adalah pengingat bahwa kita hidup berdampingan dengan alam. Syukur bukan hanya di lisan, tapi juga dalam perilaku kita terhadap bumi dan sesama,” ujar Ning Umi, disambut haru dan takbir dari ratusan warga yang memadati lapangan desa.
Acara ini turut dihadiri Petinggi Desa Banyuputih Joko Prakoso, serta Bupati dan Wakil Bupati Jepara, Mas Wiwit dan Gus Hajar, yang hadir untuk menunjukkan dukungan terhadap tradisi dan penguatan nilai-nilai spiritual masyarakat. Bagi warga, kehadiran para pemimpin ini menjadi simbol bahwa pemerintah tidak hanya peduli pada pembangunan fisik, tapi juga pada jiwa dan budaya masyarakat.
Tak hanya para orang tua dan tokoh agama, para remaja dan pemuda desa juga terlihat antusias. Banyak di antara mereka yang mengaku baru pertama kali begitu terkesan mendengarkan ceramah keagamaan.
“Ning Umi itu seperti pelita. Sederhana tapi menerangi,” ujar Nisa, salah satu remaja putri yang hadir.
Dengan dokumentasi dari Tiga Putra Video Shooting, acara ini tak sekadar menjadi peristiwa malam itu saja, tetapi akan terus hidup dalam ingatan digital dan hati masyarakat. Dari kalimat demi kalimat yang disampaikan Ning Umi, tersirat ajakan untuk terus menjaga iman, merawat bumi, dan menghidupkan cinta di setiap langkah kehidupan.
Malam ini, Banyuputih bukan hanya menyelenggarakan tradisi. Ia merayakan kehadiran seorang putri dakwah yang menjadi simbol harapan baru: bahwa keindahan iman, kecantikan akhlak, dan kekuatan perempuan muda bisa berpadu dan menginspirasi sebuah desa—bahkan lebih dari itu.
“Suara lembutnya bukan hanya didengar, tapi dirasakan hingga ke relung hati.” kata Warga Banyuputih.
***
Sumber: BS.
0 Komentar