| Foto, Sungai Sayung, yang sudah dipenuhi sedimentasi sejak 2021, hingga kini belum kembali disentuh alat pengeruk. |
Queensha.id - Demak,
Di tengah deru pembangunan jalan tol senilai triliunan rupiah, satu kenyataan pahit menggantung di udara pesisir Pantura Sayung: tidak ada anggaran untuk menyelamatkan sungai yang kian tertimbun lumpur. Tak ada dana, tak ada normalisasi. Dan banjir rob pun terus datang, seolah tak pernah diundang.
Tidak punya Anggaran
Pernyataan lugas itu datang dari Kepala BBWS Pemali Juana, Fikri Abdurrachman, usai rapat koordinasi dengan Bupati Demak, Senin (26/5) lalu di Semarang. Sungai Sayung, yang sudah dipenuhi sedimentasi sejak 2021, hingga kini belum kembali disentuh alat pengeruk.
“Biasanya pengerukan bisa bertahan 10 sampai 15 tahun. Tapi ini, baru empat tahun sudah penuh lagi,” ujar Fikri.
Penyebab utamanya, menurut dia, adalah pembukaan lahan di hulu dan penurunan muka tanah di kawasan Sayung yang mencapai 14 cm per tahun.
Anggaran Mandek, Air Terus Naik
Sementara itu, Bupati Demak Eistianah mengaku sudah mengusulkan anggaran Rp 1,7 triliun ke Bappenas untuk normalisasi sungai dan pembangunan tanggul laut. Namun, hingga pertengahan tahun, usulan itu belum juga mendapat lampu hijau.
“Ini bukan sekadar genangan. Ini ancaman hidup warga pesisir,” tegas Estianah.
Pemerintah daerah tak tinggal diam, meski bergerak dengan dana terbatas. Solusi parsial seperti normalisasi Sungai Dombo dan Sungai Pelayaran diajukan sebagai opsi darurat.
Diapit Mega Proyek dan Realita Pahit
Di sisi lain, proyek Tol Semarang-Demak senilai Rp 10,7 triliun terus melaju. Namun keberadaannya tidak menyelesaikan akar masalah banjir rob di Sayung. Ironi pun terasa mencolok: dana untuk infrastruktur besar tersedia, tapi untuk sebuah sungai yang mempengaruhi ribuan kehidupan, jawabannya tetap sama—tidak punya anggaran.
Sayung Butuh Kepastian
Kini, warga Sayung hanya bisa berharap agar proposal itu segera dikabulkan, sebelum rob berubah menjadi bencana tahunan yang lebih parah. Bukan lagi soal teknis pengerukan, tapi soal keberpihakan: siapa yang benar-benar mau menyelamatkan Sayung?
Dan sampai saat itu datang, air akan terus naik, dan jawaban pemerintah masih sama: tidak punya anggaran.
***
Sumber: JPNN.