Breaking News

Biaya Listrik Menggunung, Persijap Jepara Berjuang di Balik Sorotan Lampu Stadion GBK

Foto, saat pertandingan sepakbola Persijap Jepara di stadion GBK Jepara.

Queensha.id - Jepara,

Di balik sorak-sorai ribuan suporter dan kemeriahan setiap pertandingan malam di Stadion Gelora Bumi Kartini (GBK), terdapat fakta mengejutkan yang jarang diketahui publik: biaya listrik bulanan stadion mencapai angka fantastis. Klub kebanggaan masyarakat Jepara, Persijap, harus menanggung beban operasional listrik hingga Rp35 juta per bulan.

Angka tersebut mencakup seluruh kebutuhan listrik stadion, mulai dari lampu sorot berdaya tinggi untuk pertandingan malam, penerangan area publik, ruang ganti pemain, kantor manajemen, hingga sarana pendukung lainnya. Tak hanya menjadi beban tetap, pengeluaran ini tetap harus dibayar meskipun stadion sedang tidak digunakan untuk pertandingan.

“Listrik ini menjadi salah satu beban tetap yang harus kami penuhi setiap bulannya, baik ada pertandingan atau tidak,” ujar salah satu pengurus Persijap.

Biaya operasional ini semakin terasa berat di tengah upaya klub menjaga performa dan kestabilan finansial, terlebih setelah lolos ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Persijap kini bukan hanya dituntut berprestasi di lapangan, tetapi juga harus cermat dalam mengelola keuangan di luar lapangan.

Dalam kunjungan ke Lapangan Tengguli, Kecamatan Bangsri, Senin (16/6/25), Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Jepara, Hanif Kurniawan, menegaskan bahwa Stadion GBK masih dalam tahap peremajaan.

“Kami targetkan Juli nanti lapangan sudah siap digunakan,” jelas Hanif.

Proyek peremajaan tersebut meliputi pekerjaan drainase, pemupukan rumput, serta peningkatan fasilitas penunjang lainnya. Namun, Hanif mengingatkan bahwa biaya pemeliharaan stadion juga tidak kalah besar. Selain listrik Rp35 juta per bulan, perawatan lapangan diperkirakan menelan dana sekitar Rp25 juta per bulan.

“Kami masih mempertimbangkan, karena biaya perawatan cukup tinggi. Tapi kalau ada komitmen bersama untuk menjaga, tentu kami berharap Persijap bisa ikut membantu pemeliharaan,” imbuhnya.

Menurut Hanif, jika nantinya pengelolaan stadion diserahkan kepada Persijap sebagai pihak ketiga, maka akan ada tambahan fasilitas dan tanggung jawab. Saat ini, DPUPR mengandalkan 11 petugas yang bekerja dalam sistem shift untuk menjaga dan merawat stadion, jumlah yang dinilai masih kurang untuk kebutuhan ideal stadion berstandar nasional.

Tingginya biaya listrik dan perawatan membuka mata banyak pihak tentang realitas di balik sebuah klub sepak bola profesional. Persijap kini mulai menjajaki solusi jangka panjang, seperti penggunaan teknologi lampu hemat energi sebagai bentuk efisiensi biaya.

Tak hanya itu, pihak manajemen juga terus mendorong pemasukan dari penjualan tiket, sponsor, hingga merchandise agar mampu menjaga keberlangsungan klub secara mandiri tanpa bergantung sepenuhnya pada bantuan pemerintah daerah.

Masuknya Persijap ke Liga 1 memberi tantangan baru: klub harus tampil kompetitif sembari tetap sehat secara finansial. Maka diperlukan sinergi dan dukungan dari seluruh pihak, mulai dari masyarakat Jepara, pemerintah daerah, hingga kalangan dunia usaha.

Stadion GBK Jepara bukan sekadar tempat bertanding, tapi simbol semangat dan kebanggaan. Menjaganya tetap terang, tak hanya tugas PLN atau manajemen klub, tapi juga tanggung jawab kolektif warga yang ingin melihat Persijap terus bersinar di panggung sepak bola nasional.

***

Sumber: Khoirurroziqin Ilung.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia