Notification

×

Iklan

Iklan

Guru SMP di Jepara Diduga Cabuli Siswa Laki-laki, Warga Heboh dan Medsos Meledak

Jumat, 13 Juni 2025 | 17.56 WIB Last Updated 2025-06-13T11:09:07Z
Foto, tangkap layar dari akun Facebook Dedy yang mengunggah informasi dugaan pencabulan di Jepara.



Queensha.id - Jepara,

Dunia pendidikan kembali tercoreng. Seorang guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, diduga melakukan tindakan pencabulan terhadap sejumlah siswa laki-lakinya. Kasus ini sontak membuat geger masyarakat, terlebih setelah informasi awal menyebar luas melalui media sosial group Facebook (Info Seputar Jepara) yang diunggah oleh akun Facebook Dedy.

Dalam unggahan tersebut, tampak seorang pria dikawal anggota TNI dan Polisi. Ia disebut sebagai oknum guru pelaku pelecehan seksual terhadap siswa. Pengunggah juga menuliskan dugaan modus pelaku dalam menjebak korban.

Kasus ini telah dibenarkan oleh Kasatreskrim Polres Jepara, AKP M. Faizal Wildan Umar Rela. Ia mengungkapkan bahwa terduga pelaku telah diserahkan oleh warga ke Polres dan saat ini tengah diperiksa intensif oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).

“Saat ini masih proses pemeriksaan. Masih di cek,” ujar AKP Wildan, Kamis sore (13/6).

Dampak Sosial: Kepercayaan Tergerus, Trauma Menyelimuti

Kasus dugaan pencabulan ini bukan hanya menjadi perkara hukum semata, namun juga memicu gelombang keprihatinan dan keresahan sosial di lingkungan masyarakat Jepara.

Di kalangan orang tua, kasus ini menimbulkan rasa cemas dan hilangnya rasa aman saat menitipkan anak-anak mereka di sekolah. Banyak yang mulai mempertanyakan sistem pengawasan di lembaga pendidikan, serta bagaimana guru yang seharusnya menjadi teladan dan justru diduga menyalahgunakan kepercayaan untuk kepentingan menyimpang.

“Anak-anak sekarang sudah sulit percaya. Mereka takut, apalagi kalau gurunya laki-laki,” ungkap Sri Rahayu (38), orang tua siswa salah satu SMP di Jepara.

Sementara itu, pihak sekolah tempat pelaku mengajar pun menjadi sorotan. Beberapa warganet mendesak pihak sekolah segera memberikan klarifikasi dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh tenaga pengajar.

Korban dan Lingkungan Sosial: Luka yang Tak Terlihat

Tak hanya berdampak pada lembaga, para korban dan lingkungan sosial mereka juga harus menanggung beban berat. Dalam kasus-kasus pelecehan seksual, korban anak laki-laki sering kali menghadapi tekanan ganda: selain rasa malu, mereka juga bisa menjadi sasaran perundungan, baik dari teman sebaya maupun lingkungan yang kurang memahami kondisi psikologis korban.

Psikolog anak dan remaja, Dian Rukmini, menyoroti pentingnya pendampingan jangka panjang bagi korban. “Trauma seksual pada usia remaja bisa berdampak jangka panjang. Mereka butuh ruang aman untuk bicara dan dukungan dari keluarga serta komunitasnya,” katanya.

Panggilan untuk Perubahan

Kasus ini menjadi tamparan keras bagi semua pihak sekolah, orang tua, lembaga pengawas pendidikan, dan masyarakat umum. Penguatan edukasi mengenai kekerasan seksual, peningkatan sistem pengawasan, serta pembentukan unit perlindungan anak di tingkat sekolah perlu segera dilakukan.

Selain proses hukum, masyarakat menanti upaya nyata agar kasus serupa tidak kembali terulang. Karena ketika seorang guru berubah menjadi predator, maka yang rusak bukan hanya masa depan korban, tapi juga kepercayaan terhadap dunia pendidikan itu sendiri.

***

Sumber: MN.

×
Berita Terbaru Update