Breaking News

Ketika Ibu Tak Lagi Diinginkan, Cermin Retaknya Ikatan Keluarga dalam Sistem Sekuler

Foto, ilustrasi AI. dua anak perempuan yang dengan ringan hati menitipkan ibu kandung mereka ke sebuah yayasan lansia.


Queensha.id - Cerita Netizen,

Jagat maya kembali digemparkan oleh sebuah video yang mengoyak nurani. Dalam rekaman yang viral di media sosial tersebut, tampak dua anak perempuan yang dengan ringan hati menitipkan ibu kandung mereka ke sebuah yayasan lansia. Lebih dari itu, mereka bahkan menandatangani surat perjanjian bahwa setelah hari itu, mereka tak akan pernah lagi melihat sang ibu, bahkan jika ibunya meninggal pun, mereka tidak ingin diberi kabar.

Ketua yayasan dengan nada getir bertanya, “Tega?”

Keduanya mengangguk. Tanpa air mata. Tanpa rasa bersalah.

Kisah ini sontak memicu gelombang emosi dari masyarakat. Ribuan komentar membanjiri unggahan tersebut, mayoritas menyuarakan kemarahan dan kesedihan. Istilah seperti "anak durhaka", "tak tahu balas budi", hingga "hancurnya moral anak bangsa" menjadi kata kunci dominan. Tapi lebih dari sekadar kecaman, kisah ini sejatinya adalah cermin retaknya ikatan keluarga dalam sistem kehidupan modern yang sekuler.

Bukan Hanya Soal Durhaka, Tapi Soal Sistem yang Salah Arah

Di balik tindakan ekstrem itu, kita perlu bertanya lebih dalam: apakah dua anak perempuan itu sepenuhnya layak disalahkan? Atau justru mereka juga adalah korban dari sistem kehidupan yang telah lama mencabut nilai kasih sayang dan tanggung jawab dalam keluarga?

Sistem sekuler yang mendominasi kehidupan kita hari ini telah menggeser orientasi hidup dari ibadah menjadi manfaat. Segala hal dinilai dari sudut pandang efisiensi, kenyamanan, dan keuntungan pribadi. Maka ketika orang tua dianggap tak lagi “produktif”, mereka perlahan-lahan berubah status menjadi “beban”. Dan menitipkan ke panti jompo dianggap solusi logis, bahkan “baik-baik saja” dalam logika masyarakat modern.

Kondisi ini diperparah oleh sistem pendidikan dan media yang menjauhkan anak dari nilai-nilai agama. Anak tumbuh besar tanpa pemahaman mendalam tentang tanggung jawab sebagai anak. Orang tua pun, di tengah tekanan ekonomi dan sosial, tak sempat menanamkan nilai birrul walidain (berbakti kepada orang tua) secara utuh. Maka tak heran, yang lahir bukanlah generasi pembelajar kehidupan, tapi generasi pencari kenyamanan.

Islam Menjawab: Orang Tua Adalah Pintu Surga

Berbeda dengan sistem sekuler, Islam memuliakan orang tua hingga ke titik yang tak bisa ditawar. Al-Qur’an bahkan menegur keras sekadar ucapan “ah” kepada orang tua:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah kamu mengatakan kepada mereka perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
(QS. Al-Isra: 23)

Rasulullah ï·º pun bersabda:

“Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orang tua.”
(HR. Tirmidzi)

Islam bukan hanya menyerukan kebaikan personal, tapi juga membangun sistem yang menopang nilai-nilai tersebut. Pendidikan dalam Islam ditanamkan sejak dini berdasarkan akidah. Negara mendorong pembentukan karakter bertakwa. Masyarakat diperintahkan untuk saling menasihati dalam kebaikan. Keluarga bukan sekadar unit sosial, tapi institusi cinta dan tanggung jawab yang dilandasi iman.

Dalam ekosistem seperti itulah lahir sosok seperti Uwais al-Qarni, yang namanya harum di langit karena baktinya pada ibunya. Atau Imam Syafi’i yang berilmu tinggi tapi tetap meletakkan ibunya sebagai sosok paling dihormati.

Sebuah Tamparan, Bukan Sekadar Tontonan

Video viral ini seharusnya tidak berhenti sebagai tontonan tragis. Ini adalah tamparan kolektif bagi kita semua. Bahwa selama kita membiarkan sistem sekuler mendominasi kehidupan, selama itu pula ikatan kasih sayang akan terus tergerus. Anak-anak tak lagi merasa berdosa meninggalkan orang tua. Bahkan bisa jadi, kelak, kita sendirilah yang akan diantar ke tempat sepi tanpa pelukan perpisahan.

Jika ingin generasi yang berbakti, maka solusinya bukan hanya menyuruh anak membaca hadis. Tapi menanamkan Islam sebagai fondasi kehidupan—dalam keluarga, pendidikan, hingga negara. Sebab hanya dengan sistem yang benar, akan lahir manusia-manusia yang paham tujuan hidupnya, peka terhadap tanggung jawabnya, dan lembut terhadap orang tuanya.

Dan semoga, kita tak perlu lagi melihat video seperti itu di masa depan. Karena hati ibu adalah surga yang tak boleh didepak, dan surga tak seharusnya dibuang.

***

Sumber: BS.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia