Breaking News

MISTERI 31 MAKAM PALSU DI SERANG: Warga Bongkar Praktik Pesugihan Berkedok Keramat

Foto, Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kampung Kamadean, Desa Seuat, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang, provinsi Banten.


Queensha.id - Serang, Banten,

Suasana mencekam menyelimuti Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kampung Kamadean, Desa Seuat, Kecamatan Petir, Kabupaten Serang, saat warga secara serentak membongkar 31 makam yang diduga palsu. Puluhan makam tersebut diyakini dibangun untuk kepentingan ritual pesugihan oleh seorang pria asal Karawang bernama Suhada.

Makam-makam yang dibangun secara mencolok menyerupai makam para wali itu sempat menarik perhatian peziarah dari berbagai daerah. Namun, di balik aura keramat yang sengaja diciptakan, warga mulai curiga akan aktivitas mencurigakan di sekitar makam—terutama setelah banyak pengunjung datang di malam hari dan melakukan ritual yang tidak lazim.


Dibangun untuk Menyesatkan: Makam Palsu dan Goa Ritual

Kapolres Serang AKBP Condro Sasongko membenarkan laporan warga. Ia menyebut bahwa awalnya, pada tahun 2018, hanya terdapat satu makam tua yang dikeramatkan warga. Namun dalam beberapa tahun terakhir, muncul 31 makam baru dengan nama-nama tokoh spiritual dan wali yang tidak memiliki catatan sejarah maupun bukti silsilah lokal.

“Nama-nama seperti Syeh Antaboga, Nyi Mas Ratu Gandasari, hingga Ratu Sunda Galuh tiba-tiba muncul di batu nisan. Padahal, tak ada satu pun tokoh masyarakat yang mengetahui keberadaan makam-makam itu sebelumnya,” ujar Condro saat dikonfirmasi, Rabu (4/6/2025).

Menurutnya, Suhada diduga kuat sebagai dalang di balik pendirian makam-makam tersebut. Ia sengaja membangun tempat-tempat itu untuk menarik orang-orang yang mencari jalan pintas menuju kekayaan—melalui pesugihan.

“Selain itu, Suhada juga membuat semacam goa atau terowongan di sekitar makam. Diduga kuat tempat tersebut digunakan sebagai lokasi utama ritual pesugihan,” tambah Condro.


Warga Geram: Ritual Gelap dan Ajaran Sesat

Kegeraman warga bukan hanya karena keberadaan makam palsu, tetapi juga karena ajaran menyimpang yang mulai tersebar di tengah masyarakat. Suhada disebut telah menyebarkan paham-paham aneh yang menyesatkan, seperti larangan salat Jumat dan tidak diwajibkannya puasa Ramadan.

“Ini sudah bukan soal makam saja, tapi sudah menyangkut akidah. Banyak anak-anak muda yang dibujuk untuk mengikuti ajaran menyimpang,” ungkap seorang tokoh masyarakat setempat yang enggan disebutkan namanya.

Melihat situasi yang semakin tidak kondusif, warga akhirnya berinisiatif membongkar semua makam palsu itu pada awal pekan ini. Pihak kepolisian pun bergerak cepat dengan memasang garis polisi di area TPU untuk mencegah konflik lanjutan dan menjaga situasi tetap aman.


Polisi Selidiki Suhada, Masyarakat Diminta Waspada

Sampai saat ini, keberadaan Suhada masih dalam pencarian. Polisi menduga ia telah meninggalkan kawasan Desa Seuat usai aksi pembongkaran makam dilakukan warga. Namun penyelidikan masih terus berlangsung.

“Kami mengedepankan pendekatan persuasif melalui Bhabinkamtibmas untuk meredam emosi warga dan mencegah penyebaran informasi yang belum terverifikasi,” tegas Kapolres.


Menilik Praktik Pesugihan di Tengah Masyarakat

Fenomena pesugihan bukan hal baru di Indonesia, namun kasus di Desa Seuat memperlihatkan bagaimana praktik gelap ini bisa berkamuflase dalam bentuk religiusitas palsu. Tempat-tempat yang dianggap suci dimanipulasi, dan keyakinan masyarakat dimanfaatkan demi keuntungan pribadi.

Kejadian ini menjadi peringatan bagi masyarakat luas untuk lebih kritis dalam menyikapi tempat-tempat keramat dan ajaran yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Apalagi ketika hal tersebut mulai merusak akidah dan mengganggu ketenteraman sosial.

***

Sumber: SN.

0 Komentar

© Copyright 2025 - Queensha Jepara
PT Okada Entertainment Indonesia