Foto, edukasi sosial dalam Islam. |
Queensha.id - Edukasi Islam,
Setiap manusia pasti akan dihadapkan dengan musibah entah itu berupa kesedihan, kehilangan, kemiskinan, penyakit, atau bentuk kesulitan lainnya. Tapi pernahkah kita bertanya dalam hati, "Apakah ini hanya ujian dari Allah atau sebenarnya azab atas kesalahan kita?" Pertanyaan ini bukan sekadar renungan spiritual, melainkan panggilan untuk merenungi makna di balik setiap cobaan hidup.
Musibah Bukan Selalu Azab, Bisa Jadi Tanda Cinta
Banyak orang cenderung menganggap bahwa musibah adalah hukuman atau azab dari Tuhan. Padahal, dalam Islam, tidak semua musibah itu merupakan bentuk azab. Bisa jadi, musibah adalah ujian (ibtila’) yang diturunkan kepada orang-orang beriman agar mereka kembali kepada-Nya, memperbaiki diri, dan semakin kuat dalam iman.
Allah SWT berfirman dalam QS. Asy-Syura ayat 30:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”
Ayat ini menunjukkan bahwa musibah bisa menjadi bentuk teguran lembut dari Allah, bahkan menjadi penghapus dosa jika disikapi dengan sabar dan ikhlas.
Ujian: Tes Kehidupan yang Menyucikan Jiwa
Berbeda dengan azab, ujian adalah cara Allah mengangkat derajat hamba-Nya. Ujian bisa datang dalam bentuk kesedihan maupun kesenangan. Dalam QS. Al-Anbiya: 35, Allah menyatakan:
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
Ini menunjukkan bahwa ujian bukan hanya soal kesulitan, namun juga bagaimana manusia bersikap saat diberi kelapangan dan nikmat. Ujian datang sesuai kemampuan manusia, bukan untuk menjatuhkan, melainkan untuk memperkuat dan menyucikan.
Azab: Teguran Keras Bagi Mereka yang Mengingkari
Sementara itu, azab merupakan hukuman dari Allah kepada mereka yang terus-menerus dalam maksiat dan enggan bertobat. Azab seringkali disebut dalam konteks umat terdahulu yang menolak ajaran para nabi—seperti kaum Nuh, kaum 'Ad, Tsamud, dan kaum Luth. Dalam QS. As-Sajdah: 21, Allah berfirman:
“Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Azab adalah bentuk peringatan keras dari Allah, agar manusia berhenti dari kesesatan. Tapi meski keras, azab bukan semata-mata pembalasan, melainkan juga undangan untuk bertaubat.
Lalu, Bagaimana Cara Menyikapinya?
Kita memang tak bisa langsung menilai, apakah sebuah musibah itu azab atau ujian. Tapi yang jelas, sikap kita adalah kunci utamanya. Jika seseorang yang ditimpa musibah justru makin dekat dengan Allah, bersabar, dan banyak bersyukur maka itu tanda ujian yang mengandung keberkahan. Namun, jika musibah justru membuat seseorang jauh dari Allah, mengeluh, dan menyalahkan takdir, bisa jadi itu teguran keras dan bahkan azab.
Ingatlah pesan Nabi Muhammad SAW,
“Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia mengujinya.” (HR. Tirmidzi)
Jangan Mudah Menghakimi, Mari Introspeksi
Sebagai manusia, kita juga tidak patut terburu-buru menilai bahwa musibah orang lain adalah akibat dari dosa atau keburukan yang ia lakukan. Bisa jadi itu adalah cara Allah menghapus dosa-dosanya, atau justru menaikkan derajatnya. Yang perlu kita lakukan adalah introspeksi, memperbaiki diri, dan menolong mereka yang sedang tertimpa musibah.
Ada Hikmah di Balik Setiap Derita
Musibah, ujian, atau azab—semuanya bukanlah akhir. Justru itu adalah bagian dari jalan panjang menuju ridha Allah. Di balik tangisan dan luka, selalu ada hikmah tersembunyi yang mungkin belum kita pahami hari ini, tapi kelak akan terasa manfaatnya.
Selalu ucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un saat musibah datang. Karena siapa tahu, itu adalah cara Allah memeluk kita lebih erat.
“Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155–157)
Mari kita perbaiki hati, luruskan niat, dan bersandar penuh kepada-Nya. Karena Allah tidak pernah menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya.
***
Sumber: BS.
0 Komentar