Queensha.id - Jepara,
Di sebuah sudut desa kecil di Jepara, Jawa Tengah, serbuk-serbuk kayu jati menempel di kulit tangan seorang pengukir tua. Di situlah Ulfatun Nikmah tumbuh, menyaksikan ayahnya bekerja keras dari pagi hingga senja demi menyambung hidup. Namun, keterbatasan ekonomi yang membungkus hari-harinya tak mampu membendung impian besarnya.
April 2024 lalu, Ulfa yang begitu ia akrab disapa. Kini berhasil mengukir prestasi yang jauh lebih megah dari kayu jati warisan leluhurnya. Ia resmi menyandang gelar Magister dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM), salah satu kampus bergengsi di Indonesia. Gelar ini diraihnya dalam waktu kurang dari dua tahun, tepatnya 1 tahun 10 bulan 24 hari, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna: 3,89.
Impian yang Diarahkan Realita
“Sebenarnya saya ingin menjadi dokter,” kenang Ulfa saat diwawancarai. “Tapi orang tua menyarankan saya masuk SMK, karena keterbatasan biaya dan harapan agar saya bisa langsung kerja setelah lulus, " tuturnya.
Ulfa pun mendaftar di SMKN 3 Jepara, mengambil jurusan akuntansi. Meski hatinya sempat berat, ia menerima kenyataan dengan penuh tekad. Di tengah cibiran tetangga dan masyarakat sekitar yang meremehkan kondisi ekonominya, Ulfa memilih untuk membuktikan bahwa kemiskinan bukan alasan untuk berhenti bermimpi.
Pendidikan sebagai Jalan Terang
Usai lulus SMK, Ulfa tidak langsung bekerja. Ia nekat melanjutkan kuliah S1 di bidang ekonomi melalui beasiswa dan kerja sambilan. Tekadnya semakin bulat ketika ia berhasil meraih beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) untuk menempuh jenjang magister di UGM.
“Cemoohan itu justru jadi bahan bakar saya. Saya ingin buktikan, anak tukang ukir pun bisa masuk UGM,” katanya tegas.
Selama perkuliahan, Ulfa tak hanya menonjol secara akademik. Ia aktif dalam berbagai organisasi kampus, kompetisi ilmiah, hingga kegiatan sosial. Di tengah kesibukan kuliah, ia menyempatkan diri menjadi guru les untuk anak-anak sebagai penghasilan tambahan.
Dari Desa ke Dunia Konsultan Teknologi
Kini, Ulfa bekerja di sebuah perusahaan konsultan teknologi informasi di Yogyakarta. Ia terlibat dalam berbagai proyek inovatif yang tak pernah ia bayangkan bisa digeluti sebelumnya.
Bagi Ulfa, perjalanan ini belum berakhir. Ia masih bermimpi bisa melanjutkan studi ke jenjang doktoral, sekaligus mengabdikan diri untuk pendidikan di daerah asalnya, Jepara.
“Saya ingin kembali dan berbagi. Banyak anak di kampung saya yang kehilangan semangat belajar hanya karena merasa miskin. Saya ingin mereka tahu, kalau saya bisa, mereka juga bisa, " pungkasnya.
Inspirasi dari Jepara untuk Indonesia
Kisah Ulfatun Nikmah bukan sekadar catatan pribadi tentang perjuangan seorang anak desa. Ia adalah potret nyata bahwa semangat, kerja keras, dan pendidikan dapat menjadi jembatan bagi siapa pun untuk melampaui garis batas sosial dan ekonomi.
Di tengah deru ukiran kayu jati yang terus hidup di tanah Jepara, lahirlah satu ukiran barudan bukan pada papan kayu, melainkan pada sejarah perjuangan anak bangsa. Ukiran bernama Ulfa.
***
Sumber: BS.