Queensha.id - Jepara,
Wakil Bupati Jepara, M. Ibnu Hajar, mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya generasi muda, untuk aktif mengampanyekan gerakan stop pernikahan dini. Hal ini disampaikannya dalam pertemuan bersama para Duta Generasi Berencana (GenRe) yang digelar di Gedung Shima, Kompleks Setda Jepara.
Dalam sambutannya, Wabup Ibnu Hajar menekankan bahwa pernikahan dini masih menjadi tantangan serius yang mengancam masa depan remaja di Jepara. Ia menyoroti dampak jangka panjang dari praktik tersebut, mulai dari rendahnya kualitas pendidikan hingga risiko kesehatan reproduksi.
“Pernikahan dini bukanlah solusi, melainkan awal dari banyak persoalan. Mari jaga anak-anak kita agar tetap belajar, berkarya, dan tumbuh dengan sehat,” tegasnya di hadapan para peserta, Sabtu (21/6).
Peran Strategis Duta GenRe
Program kampanye ini menggandeng para Duta GenRe sebagai ujung tombak. Mereka adalah pemuda-pemudi terpilih yang diberdayakan untuk menyebarkan informasi seputar perencanaan kehidupan berkeluarga, kesehatan reproduksi remaja, dan bahaya pernikahan di usia dini.
Menurut Wabup, Duta GenRe memiliki potensi besar karena mampu berbicara langsung kepada teman sebaya mereka dengan bahasa yang lebih mudah dicerna dan diterima.
“Kalian adalah agen perubahan. Suara kalian akan lebih didengar oleh sesama remaja dibanding nasihat orang tua atau pejabat. Maka manfaatkan media sosial, forum sekolah, dan ruang komunitas untuk menyebarkan pesan ini,” kata Wabup Ibnu Hajar.
Kampanye Tak Sekadar Ceramah
Gerakan ini tidak hanya berbentuk sosialisasi formal, tetapi akan dikemas dalam berbagai format kreatif, seperti:
- Pementasan drama tematik
- Talkshow interaktif
- Pembuatan konten digital
- Edukasi melalui podcast remaja
Para Duta GenRe juga akan terlibat dalam kunjungan ke sekolah-sekolah, pesantren, dan desa-desa, khususnya daerah yang masih mencatat angka pernikahan anak cukup tinggi.
Mengapa Ini Mendesak?
Data dari BKKBN dan Dinas Sosial Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa sejumlah kasus pernikahan dini masih terjadi setiap tahunnya. Umumnya, hal ini dipicu oleh tekanan ekonomi, norma budaya, serta kurangnya pemahaman tentang kesehatan reproduksi.
Menurut Wabup Ibnu Hajar, mencegah pernikahan dini adalah langkah penting dalam menekan angka putus sekolah dan stunting.
“Ini soal masa depan kabupaten kita. Kalau generasinya sehat, cerdas, dan produktif, Jepara pun akan lebih maju,” ujarnya optimis.
Kolaborasi Lintas Sektor
Kampanye ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, BKKBN, dan sejumlah organisasi kepemudaan. Semua pihak sepakat bahwa mencegah pernikahan dini bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga tanggung jawab bersama: keluarga, sekolah, tokoh agama, dan masyarakat.
Suara dari Duta GenRe
Salah satu Duta GenRe Jepara, Fathia Nurul Azizah, menyampaikan rasa bangganya bisa terlibat langsung dalam gerakan ini.
“Banyak teman seumuran saya yang merasa menikah adalah pelarian dari tekanan hidup. Kami ingin memberi mereka harapan dan informasi yang benar, bahwa ada jalan lain yang lebih baik,” katanya.
Menuju Jepara yang Ramah Anak dan Remaja
Wabup M. Ibnu Hajar berharap kampanye ini tidak berhenti sebagai program musiman, tapi menjadi gerakan berkelanjutan.
Ia menargetkan dalam lima tahun ke depan, angka pernikahan dini di Jepara dapat ditekan hingga di bawah 5 persen.
“Mari kita jadikan Jepara sebagai kabupaten yang melindungi dan memuliakan masa depan anak-anaknya,” pungkasnya. ***