Queensha.id - Edukasi Sosial,
Jepara, 18 Juni 2025 – Dunia maya kembali digemparkan oleh kisah viral seorang warganet yang mengaku menjadi korban penipuan melalui QRIS. Lewat akun Instagram @anastasya****,* ia menceritakan bagaimana saldonya di Bank Mandiri terkuras sebesar Rp 2 juta hanya karena salah mengirim QR code kepada pelanggan.
Video berdurasi 23 detik yang diunggah pada Senin (16/6/2025) itu menampilkan wajah si pengunggah yang tampak panik dan kecewa. Ia menjelaskan bahwa salah satu pelanggan tokonya meminta QRIS Mandiri untuk pembayaran. Namun bukannya menerima uang, rekeningnya justru berkurang Rp 2 juta setelah memasukkan PIN.
"Kita baru aja ketipu, ilang 2 juta dari Bank Mandiri. Ini customer minta QRIS kita dong. Hati-hati, gaes, ini bener-bener modus penipuan baru," ucapnya dalam video.
Dalam video lainnya, ia menjelaskan lebih rinci bahwa oknum tersebut berhasil membujuk admin toko agar mengirimkan QR code Bank Mandiri. Setelah QR code dikirim, saldo rekening langsung terpotong. Parahnya lagi, pelaku sempat kembali meminta QR dengan alasan QR sebelumnya tidak bisa digunakan.
"Ada satu kelolosan. Dia minta QR-nya, akhirnya dikasih tuh QR Mandiri, langsung tuh ilang 2 juta. Habis itu dia minta lagi, untung admin Nana langsung hapus, kalau enggak bisa ilang lagi saldo kita," jelasnya.
Unggahan tersebut sontak menyita perhatian netizen. Hingga Rabu (18/6/2025), video sudah ditonton lebih dari 3,2 juta kali. Komentar pun bermunculan, sebagian mempertanyakan pemahaman pengunggah soal jenis QRIS.
"QR Bayar kok bisa dikasih ke orang? Gak sadar atau gimana?" tulis akun @tika****.*
QR Bayar vs QR Transfer, Apa Bedanya?
Insiden ini memicu diskusi soal pentingnya memahami perbedaan antara QR Bayar dan QR Transfer. Alfons Tanujaya, pakar keamanan siber dari Vaksin.com, menjelaskan bahwa secara fisik QR Bayar dan QR Transfer sulit dibedakan, tapi fungsinya sangat berbeda.
"Pada QR Bayar, pengguna membuat QR code untuk memberikan uang ke orang lain. Sementara QR Transfer, biasanya digunakan untuk menerima uang, dan tidak perlu memasukkan PIN," jelas Alfons saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (17/6/2025).
Alfons menekankan bahwa yang keliru bukan sistem QRIS-nya, melainkan pengguna yang salah memahami fungsi kode QR yang dibuat. "Jangan maunya gampang, scan terus langsung bayar, padahal ada proses yang harus diikuti. Kalau kita bikin QR Bayar, artinya kita yang kasih uang ke orang," ujarnya.
Pakar Informatika: QR Transfer Lebih Dinamis
Rosihan Ari Yuana, Dosen Informatika dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, turut memberikan penjelasan. Menurutnya, QR pembayaran merchant hanya dibuat sekali dan akan tertulis atas nama toko, sedangkan QR transfer akan berubah tiap transaksi dan nama penerimanya adalah pemilik rekening atau e-wallet.
"QR merchant hanya satu dan tetap. Tapi QR transfer selalu berubah dan menunjukkan nama personal, bukan nama toko," ujar Rosihan.
Dalam konteks ini, banyak masyarakat yang belum memahami cara kerja QRIS secara teknis. Hal ini membuka celah untuk disalahgunakan oleh pelaku kejahatan digital.
Tips Hindari Penipuan QRIS
Agar tidak menjadi korban, Rosihan memberikan beberapa tips penting:
1. Selalu cek nama penerima atau merchant sebelum klik 'bayar'.
2. Pastikan perangkat aman dari virus atau aplikasi mencurigakan.
3. Hindari transaksi keuangan saat menggunakan WiFi publik.
4. Merchant sebaiknya menempel QRIS di tempat aman dan tidak mudah diakses pihak tak bertanggung jawab.
5. Gunakan sistem notifikasi real-time untuk mengetahui pembayaran masuk.
Jadi, kasus ini menjadi pengingat bahwa kecanggihan teknologi keuangan harus dibarengi dengan peningkatan literasi digital. QRIS memang memudahkan transaksi, tapi jika tidak dipahami dengan benar, justru bisa jadi alat kejahatan. Masyarakat diimbau lebih berhati-hati dan memahami setiap langkah dalam transaksi digital. Jangan sampai niat jualan malah berujung kerugian.
***
Sumber: KPS.
0 Komentar