Foto, guru Madrasah Diniyah di Demak dan wali murid yang menggugat 25 juta ke guru tersebut. |
Queensha.id - Demak,
Siti Mualimah (37), kader Partai Perindo, akhirnya datang ke rumah guru Madrasah Diniyah (Madin) Roudhotul Mutaalimin, Desa Jatirejo, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak. Perempuan yang sebelumnya menuntut ganti rugi Rp 25 juta karena anaknya ditampar saat proses belajar, kini memilih meredam ego dan menyampaikan permintaan maaf langsung kepada sang guru, Achmad Zudhi (63).
Insiden penamparan yang semula mencuat ke publik dan viral di media sosial, sempat membuat nama baik Achmad Zudhi tercoreng. Pengabdiannya selama lebih dari tiga dekade sebagai pendidik Madin, tiba-tiba disorot dan dinilai secara negatif oleh banyak pihak. Namun kini, arah cerita mulai berubah.
“Saya datang bukan untuk membela siapa-siapa, tapi untuk meminta maaf secara pribadi. Saya khilaf dan terlalu terbawa emosi. Saya mohon maaf kepada Pak Zudhi dan keluarganya,” ujar Siti Mualimah dengan suara lirih di hadapan sejumlah warga.
Selain itu, Siti Mualimah dan keluarganya untuk minta maaf dan juga akan mengembalikan uang tuntutannya.
Pada kesempatan itu, Kyai Achmad Zudhi memberi maaf kepada Siti Mualimah dan keluarganya. Namun, menolak uang denda yang telanjur diberikan kepada Siti Mualimah. Tertebih sebagian uang itu adalah hasil menjual sepada motor miliknya satu-satunya.
Ia mengatakan tidak pernah berniat menyakiti siapapun, dan mendidik anak-anak adalah bagian dari amanah hidupnya sebagai guru.
“Saya sudah memaafkan sejak awal. Semua ini ujian. Kalau kita ikhlas, nanti Allah sendiri yang membalas. Saya tidak punya dendam,” tuturnya.
Kisah ini kemudian mendapat perhatian luas, termasuk dari ulama nasional Gus Miftah. Sang dai datang langsung ke kediaman Zudhi, memberikan semangat dan penghargaan. Ia bahkan menghadiahi guru sederhana itu dengan sepeda motor Honda Beat baru serta memberangkatkannya bersama sang istri ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah umrah.
“Ini bentuk penghormatan kepada para guru yang tulus mengabdi, bukan soal viral atau tidak, tapi tentang ketulusan,” kata Gus Miftah.
Kini, publik mulai melihat sosok Achmad Zudhi dengan kacamata berbeda. Dari yang semula dihujat, berbalik dihormati. Sementara bagi Siti Mualimah, peristiwa ini menjadi pelajaran bahwa penyelesaian masalah pendidikan seharusnya disikapi dengan dialog dan kebesaran hati, bukan tekanan hukum semata.
***
Sumber: BS.
0 Komentar