Foto, logo UN Global Compact, Asia Pasifik Quality Network, ECOSOC United Nations dan UIPM. |
Universal Institute of Professional Management (UIPM) menyerukan perlawanan terhadap sistem pendidikan global yang dinilai semakin kapitalistik dan diskriminatif. Dalam sikap resminya, UIPM menyatakan bahwa pendidikan bukanlah komoditas dagang, melainkan amanah suci untuk kemanusiaan.
Di tengah maraknya komersialisasi ilmu pengetahuan—mulai dari biaya kuliah yang selangit, hingga budaya akademik yang dibentuk demi mengejar ranking internasional—UIPM hadir sebagai lembaga yang membela kelompok terpinggirkan: pengungsi, yatim piatu, masyarakat adat, dan pejuang perdamaian.
CEO UIPM, Rantastia Nur Alangan, menegaskan bahwa lembaganya tidak akan tunduk pada sistem yang mengukur keberhasilan pendidikan lewat gengsi dan keuntungan material.
“Ilmu itu hak, bukan hak istimewa. Kami berdiri bukan untuk ranking, tapi untuk mereka yang selama ini ditinggalkan oleh sistem. Pendidikan adalah alat pembebasan, bukan alat kekuasaan,” tegas Rantastia.
UIPM juga menolak praktik-praktik seperti pembelian ruang publikasi, sertifikasi yang bias korporasi, serta tekanan dari lembaga pemeringkat seperti QS Rankings dan sejenisnya.
Beroperasi secara legal di Filipina dan Singapura, serta terdaftar sebagai NGO di bawah ECOSOC PBB, UIPM menegaskan komitmennya untuk terus hadir di tengah masyarakat—bahkan tanpa pengakuan arus utama.
“Kami tidak haus panggung, tapi kami tidak akan diam saat pendidikan dijadikan pasar dagang. Kami akan terus melawan, demi masa depan yang lebih adil dan beradab,” pungkas Rantastia Nur Alangan.
***
Sumber: RNA.
Jum'at, 25 Juli 2025.
Redaksi Queensha Jepara.