Foto, aktivis asal kabupaten Pati, Supriyono alias Botok. |
Queensha.id - Pati,
Nama Supriyono, atau yang akrab disapa Botok, tengah mencuat di Kabupaten Pati. Ia bukan pejabat, bukan pula tokoh partai, melainkan figur aktivis yang keberadaannya identik dengan barisan warga kecil yang menolak kebijakan pemerintah daerah.
Dalam beberapa pekan terakhir, sosok Botok menjadi sorotan setelah ia memimpin gelombang protes terkait kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Bagi masyarakat, kebijakan itu dianggap sebagai beban tambahan di tengah kondisi ekonomi yang masih sulit.
Siapa Botok?
Botok dikenal sebagai salah satu koordinator Aliansi Masyarakat Pati Bersatu (AMPB), kelompok yang konsisten menyoroti dan mengkritisi kebijakan Bupati Pati, Sudewo. Dengan gaya bicara lugas dan keberanian tampil di depan massa, ia kerap menjadi juru bicara rakyat kecil yang merasa terpinggirkan.
“Kami tidak menolak pembangunan, tapi jangan mengorbankan rakyat kecil,” begitu salah satu pernyataan Botok yang banyak dikutip media lokal.
Isu yang Diperjuangkan
Fokus utama gerakan Botok bersama AMPB adalah penolakan kenaikan PBB. Menurut mereka, beban pajak justru makin mencekik warga desa yang sebagian besar menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan perdagangan skala kecil.
Serangkaian aksi pun digelar, mulai dari menyuarakan kritik lewat media hingga turun langsung ke jalan.
Puncak Aksi 13 Agustus 2025
Situasi memanas ketika ribuan warga Pati menggelar unjuk rasa pada 13 Agustus 2025. Massa berbondong-bondong mendatangi kantor bupati, menuntut agar kebijakan itu dicabut.
Kericuhan pecah saat terjadi pelemparan botol ke arah aparat. Polisi bergerak cepat dengan mengamankan 11 orang terduga provokator. Meski demikian, suara Botok tetap bergema, menegaskan bahwa substansi aksi bukan soal keributan, melainkan jeritan rakyat.
Dinamika Gerakan
Menariknya, salah satu penggerak aksi lain, Ahmad Husein, memilih berdamai dengan bupati dan membatalkan rencana demo lanjutan. Namun, Botok tidak surut. Ia tetap konsisten menyampaikan kritik keras, bahkan ketika sebagian pihak mulai melemah.
Sikapnya ini membuat Botok dipandang sebagian orang sebagai ikon perlawanan warga Pati, meski tak sedikit pula yang menilai tindakannya terlalu keras.
Respons Pemerintah
Bupati Pati, Sudewo, menegaskan bahwa pemerintah daerah tetap membuka ruang dialog. Namun ia juga menuding ada pihak-pihak yang menunggangi aksi hingga terjadi kericuhan. “Pemerintah tidak anti kritik, tapi jangan ada provokasi yang memecah masyarakat,” ujarnya.
Pihak kepolisian memastikan kondisi Pati kini kembali kondusif. Meski begitu, gema suara penolakan dari Botok dan AMPB belum sepenuhnya reda.
Figur Kontroversial, Suara Rakyat
Di mata banyak orang, Botok adalah figur kontroversial. Namun yang pasti, ia berhasil membawa isu kenaikan PBB menjadi perhatian luas. Suaranya mencerminkan keresahan warga desa, yang khawatir semakin terhimpit oleh regulasi.
Entah dipandang sebagai pahlawan rakyat atau pengganggu kebijakan, kehadiran Botok menjadi bukti bahwa demokrasi lokal di Pati masih hidup – dengan suara lantang rakyat kecil sebagai nadinya.
***
Sumber: MM.