Notification

×

Iklan

Iklan

Ketika Tulang Rusuk Hendak Dilepas: Kisah Cinta yang Hampir Hilang karena Kejenuhan dan Godaan

Minggu, 03 Agustus 2025 | 06.44 WIB Last Updated 2025-08-02T23:45:31Z

Foto, suami istri sedang marahan.

Queensha.id - Edukasi Sosial,


Pernikahan bukan hanya soal kebersamaan di awal, melainkan bagaimana tetap bertahan saat kehidupan berubah. Kisah menggetarkan hati datang dari seorang pria bernama Chang, yang nyaris melepaskan satu-satunya perempuan yang telah membersamainya selama 20 tahun hanya karena kelelahan dan godaan duniawi.


Dulu, Chang hanyalah seorang buruh bangunan biasa. Hidupnya keras, penuh debu, keringat, dan impian kecil yang disimpannya dalam diam. Istrinya, wanita sederhana dari desa, adalah satu-satunya sosok yang setia menemani hari-harinya. Mereka hidup dalam kesederhanaan, saling menguatkan, saling menyemangati.


Namun, seiring waktu, roda kehidupan Chang berputar. Ia naik pangkat, mendirikan perusahaan sendiri, dan akhirnya menjadi salah satu pengusaha konstruksi sukses di kotanya. Bersamaan dengan itu, datang pula godaan—wanita-wanita muda yang lebih cantik, lebih segar, dan lebih memesona daripada sang istri yang kini mulai menua.


Suatu malam, niat sederhana untuk bermesraan dengan istri berubah menjadi momen kontemplatif. Chang sadar, istrinya telah berubah secara fisik. Ia tak lagi semenarik dulu. Saat itulah benih pikiran tentang perceraian tumbuh.


Dengan satu juta yuan dan sebuah rumah baru, Chang merasa telah cukup "membayar" masa lalu mereka. Ia mengira semua akan baik-baik saja. Ia mengira ia pria yang bertanggung jawab yang pergi dengan sopan, dengan pengaturan hidup untuk mantan istrinya. Namun kenyataan tak semudah itu.


Di hari perpisahan mereka, sang istri menuruti rencana, pergi dari rumah mereka tanpa suara. Ia meninggalkan kunci rumah, buku tabungan, dan sepucuk surat.


Surat itu bukan surat cinta, bukan juga surat keluhan. Surat itu adalah catatan sederhana penuh kasih seorang istri—tentang kunci cadangan, obat lambung, merek beras yang tepat, bahkan semir sepatu.


Bukan tangisan, bukan sumpah serapah, melainkan kehangatan dalam bentuk paling sederhana. Surat itu membuat dada Chang sesak. Ia merasa tertampar oleh setiap kata yang ditulis dengan tangan yang dulu selalu menggenggam tangannya saat kesulitan.


Dengan panik, ia menyusul istrinya ke stasiun. Emosinya meledak. Ia marah bukan karena nasi tidak tersedia di rumah, tapi karena ia begitu takut kehilangan.


“Istri macam apa kamu?!” serunya lantang. Namun sebenarnya, itu hanya kamuflase dari rasa sakit yang menyesak di dada. Ia tidak ingin menangis di depan umum. Ia tidak ingin terlihat rapuh.


Istrinya, dengan mata basah, menurut. Ia berjalan di belakang suaminya yang pura-pura marah, sementara di hatinya mekar bunga harapan. Ia masih dicintai.


Kisah ini bukanlah fiksi murahan, tapi gambaran nyata bagaimana cinta bisa tergerus waktu, terlupakan oleh kemewahan, dan tersingkir oleh ekspektasi fisik.


Tapi juga, kisah ini adalah pengingat bahwa cinta sejati tidak pernah benar-benar hilang. Ia hanya terselimuti debu kesibukan dan godaan dunia. Kadang, butuh satu surat penuh perhatian, atau sepinggan pangsit buatan istri, untuk menyadarkan kita akan makna "rumah" yang sesungguhnya.



Pelajaran Hidup:


Kesetiaan seorang wanita diuji ketika pria belum memiliki apa-apa.
Kesetiaan seorang pria diuji ketika ia sudah memiliki segalanya.


Jangan menunggu kehilangan untuk menyadari arti seseorang. Sebab kadang, cinta tidak pergi begitu saja—ia hanya menunggu dipanggil kembali.


***

Penulis: Tim Redaksi Queensha Jepara
2 Agustus 2025

×
Berita Terbaru Update