Foto, tangkap layar dari screenshot chatting mertua dan menantu. |
Queensha.id - Klaten,
Desa kecil di Kabupaten Klaten mendadak jadi perbincangan hangat setelah kisah memilukan menimpa seorang wanita bernama Fitriana Indrawati, atau yang akrab disapa Mira. Ia diusir secara kasar oleh ibu mertuanya sendiri, Bu Aminah, setelah sang suami, Irwan Kosnoto, meninggal dunia.
Kejadian itu terjadi di rumah keluarga Irwan yang telah lama mereka tempati bersama. Namun sejak kepergian Irwan, perlakuan sang mertua dan ipar mulai berubah. Mira tak lagi dianggap bagian keluarga. Tak hanya diperlakukan seperti beban, ia bahkan dituding sebagai penyebab kemalangan yang menimpa keluarga itu.
Puncaknya, sebuah pertengkaran meledak di ruang tamu. Suara Bu Aminah menggema keras, diiringi makian dan ancaman.
"Kalau kamu keluar dari rumah ini, jangan pernah balik lagi! Semua yang ada di sini milik anak saya!" bentak Bu Aminah.
Mira hanya terdiam. Air matanya sudah kering. Ia tahu, rumah itu bukan lagi tempat baginya dan putrinya, Aira. Dengan tangan gemetar, ia mulai mengemasi pakaian ke dalam koper kecil. Namun, di tengah proses itulah ia menemukan sesuatu yang akan mengubah hidupnya sebuah map biru yang disimpan rapi oleh almarhum suaminya.
Di dalam map tersebut, terdapat dokumen SDB (Safe Deposit Box) dari salah satu bank nasional, lengkap dengan surat pernyataan waris bertanda tangan Irwan. Surat itu menyatakan dengan jelas bahwa pengelolaan isi SDB yang berisi tabungan emas milik Irwan yang sepenuhnya diberikan kepada istrinya, Mira.
"Kalau nanti ada apa-apa sama aku, kamu cari map biru di lemari ya. Di situ ada surat soal tabungan emas. Jaga Aira baik-baik…" Pesan Irwan pada Mira, yang kini menjadi penyelamat di tengah keterpurukan.
Dengan membawa surat itu, Mira menggandeng Aira keluar rumah. Diiringi cemoohan Bu Aminah dan tatapan sinis dari iparnya, ia tetap berjalan tegak.
"Saya mungkin tidak punya siapa-siapa, Bu. Tapi saya masih punya harga diri. Dan saya nggak akan hidup di tempat di mana saya terus diinjak-injak," ujar Mira tegas sebelum meninggalkan rumah.
Bu Aminah hanya tertawa. Baginya, menantu itu tidak akan bertahan lama di luar rumah tanpa harta dan dukungan. Namun, ia tidak tahu bahwa Mira tidak pergi dengan tangan kosong.
Dalam diam, Mira telah membawa hak waris sah dari Irwan. Dengan dokumen lengkap dari akta nikah, surat kematian, dan surat wasiat Mira langsung menuju bank. Di sana, ia membuka brankas milik mendiang suaminya. Ternyata, isi SDB bukan hanya sekadar tabungan emas, tapi juga surat kepemilikan rumah dan polis asuransi jiwa atas nama Mira.
Kisah ini menjadi tamparan keras bagi mertua dan ipar yang tamak. Mereka yang menertawakan kepergian Mira kini hanya bisa gigit jari. Rumah yang mereka kuasai ternyata atas nama Irwan, dan waris sahnya adalah Mira. Dalam waktu singkat, pengacara yang mewakili Mira mengirimkan surat somasi agar mereka segera mengosongkan rumah.
Warga desa yang sempat menyalahkan Mira perlahan mulai memahami duduk persoalan. Dukungan pun mulai berdatangan. Banyak yang kagum dengan ketenangan Mira menghadapi tekanan dari keluarga suaminya.
“Kami kira dia lemah. Tapi ternyata dia justru kuat dan tahu hak-haknya,” ujar salah satu tetangga.
Kini Mira dan putrinya memulai hidup baru di rumah yang sah menjadi miliknya. Ia membuka usaha kecil dengan modal dari emas peninggalan Irwan. Aira pun mulai sekolah di tempat yang lebih baik.
Bu Aminah? Ia kini harus angkat kaki dari rumah yang dulu ia kuasai. Karma tidak datang dengan teriakan, tapi dengan surat hukum yang sah.
Ketika cinta diuji oleh kematian dan harta, sering kali yang terlihat lemah justru menyimpan kekuatan besar. Dan ketika mertua bertindak semena-mena, terkadang “kena batunya” hanya tinggal menunggu waktu.
“Jangan remehkan seorang istri yang telah kehilangan suaminya. Karena dalam duka itu, ia bisa menemukan kekuatan yang tidak pernah kalian bayangkan.”
***
Reporter: Tim Redaksi Queensha Jepara
Tanggal: 2 Agustus 2025