Foto, Bu Rumiyati, Niamalis (menantu) dan Faris Riandika (anak Bu Rumiyati). |
Queensha.id - Magelang,
Sebuah drama rumah tangga menggemparkan lingkungan sebuah kampung di Magelang. Rumiyati, seorang ibu berusia 57 tahun, disebut tak rela uang milik anaknya, Faris Riandika (31), digunakan untuk kebutuhan istri dan anak Faris.
Kisah ini berkembang menjadi konflik berkepanjangan, yang memaksa Faris dan keluarganya pindah jauh dari rumah sang ibu demi kedamaian.
Awalnya, Faris dan istrinya bernama Niamalis (29), dan Bu Rumiyati tinggal di satu rumah besar. Namun, sifat Rumiyati yang suka mengatur dan termasuk urusan rumah tangga, keuangan, dan kebiasaan beribadah yang membuat Niamalis merasa tertekan.
“Awalnya saya berusaha sabar, tapi setiap hari selalu ada aturan baru. Dari soal masakan, belanja, sampai pola asuh anak, semua harus sesuai keinginan beliau,” ungkap Niamalis, yang kini menetap di perumahan baru.
Rumah Kecil di Depan Rumah Besar
Konflik pertama memuncak ketika Niamalis memutuskan pindah ke rumah kecil di depan rumah besar milik Bu Rumiyati.
Namun, jarak dekat bukan solusi—justru memicu intervensi lebih sering. Rumiyati kerap datang untuk memberi “nasihat” soal sholat, mengaji, dan kewajiban ke masjid setiap hari.
“Saya bukan menolak diajarkan agama, tapi caranya memaksa dan menyudutkan,” keluh Niamalis.
Puncak Dilema
Faris, yang terjebak di tengah, mengalami tekanan mental.
“Saya bingung, di satu sisi ini istri saya yang harus saya lindungi. Di sisi lain, itu ibu saya yang harus saya hormati,” ujar Faris.
Hingga akhirnya, Faris mengambil langkah tegas: membeli rumah di perumahan yang cukup jauh dari rumah ibunya.
“Ma, saya minta maaf. Saya mau melindungi rumah tangga saya. Bukan berarti saya tidak sayang Mama, tapi saya juga punya tanggung jawab terhadap istri dan anak saya,” kata Faris saat menegur ibunya sebelum pindah.
Bu Rumiyati, “Saya cuma mau anak saya dan keluarganya hidup sesuai ajaran Islam. Kalau mereka rajin ibadah, itu kan untuk kebaikan mereka juga," ucapnya.
Niamalis, “Saya paham maksudnya, tapi saya juga ingin punya cara sendiri dalam mengurus rumah tangga dan anak saya, " jawabnya.
Faris, “Saya ingin hubungan ini baik, tapi kalau terus begini, rumah tangga saya bisa hancur,"
Solusi yang Mungkin Dilakukan
- Batasan Jelas: Membuat kesepakatan bahwa urusan internal rumah tangga Faris menjadi tanggung jawab Faris dan Niamalis sepenuhnya.
- Komunikasi Terbuka: Menghadirkan pihak ketiga seperti ustadz atau tokoh masyarakat untuk memediasi.
- Jaga Jarak Sehat: Menetapkan frekuensi kunjungan agar tidak terlalu sering dan menghindari gesekan.
- Doa dan Kesabaran: Tetap menjaga silaturahmi tanpa memutus hubungan, sambil berdoa agar hati masing-masing dilembutkan.
Pandangan Hukum Islam
Dalam Islam, berbakti kepada orang tua adalah kewajiban yang besar. Namun, suami juga memiliki tanggung jawab penuh terhadap istri dan anaknya.
Al-Qur'an dan hadits menekankan pentingnya ‘adl (keadilan) dalam memperlakukan kedua belah pihak. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa seorang suami adalah pemimpin di rumah tangganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarganya.
Artinya, suami wajib menghormati ibunya tanpa mengabaikan hak istrinya. Intervensi berlebihan yang mengancam keharmonisan rumah tangga dapat diminimalisir dengan komunikasi, batasan sehat, dan tetap menjaga adab dalam berhubungan.
***
Sumber: BS.