Notification

×

Iklan

Iklan

Misteri Emas Soekarno: Harta Karun Perang yang Menggemparkan Bogor

Minggu, 10 Agustus 2025 | 08.03 WIB Last Updated 2025-08-10T01:04:33Z

Foto, ilustrasi emas batangan.

Queensha.id - Bogor,


Misteri harta kekayaan Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, kembali mengemuka melalui catatan sejarah yang mencengangkan. Pada pertengahan 1946, pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) menemukan harta karun emas dan berlian di Cigombong, Bogor merupakan wilayah yang sebelumnya diduduki pasukan Jepang.


Kisah ini bermula ketika pasukan di bawah komando Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang tengah mengamankan perbatasan. Di sela patroli, prajurit menemukan sebuah peti besar. Awalnya, mereka mengira isinya obat-obatan penting bagi pasukan. Namun, dugaan itu meleset jauh.


“Waktu dibuka, ternyata isinya kondom,” tulis Kawilarang dalam bukunya A.E Kawilarang Untung Sang Merah Putih (1988:86).


Setelah itu, penggalian lanjutan justru memunculkan bahaya. Sebuah bom sisa perang ditemukan dan meledak, melukai beberapa anggota TNI. Tetapi, kejutan sesungguhnya baru datang ketika Sersan Mayor Sidik menemukan guci besar berisi kaus kaki yang ternyata penuh dengan emas, permata, dan berlian.


Haji Priyatna Abdurrasyid dalam bukunya Dari Cilampani ke New York (2001:102) menulis, “Mereka kaget melihat isinya emas, permata, dan berlian yang sudah dicongkel-congkel, gemerlapan.”


Meski memegang temuan yang nilainya tak terhingga, Kawilarang menolak menyimpan harta tersebut. Ia segera melapor kepada Residen Bogor, Moerdjani. Atas arahan Moerdjani, emas dan berlian itu diserahkan kepada Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta. Demi keamanan, Kawilarang menugaskan Letnan Godjali untuk mengantar langsung harta karun itu ke pemerintah pusat.


Menurut majalah Ekspres edisi 29 September 1972, harta tersebut diperkirakan bernilai hampir Rp6 miliar pada masa itu yang terdiri dari 7 kilogram emas dan 4 kilogram berlian, yang berasal dari Perkebunan Pondok Gede, Bogor. Harta itu kemudian disimpan di Bank Negara Indonesia (BNI-46) Yogyakarta, di bawah pimpinan Margono Djojohadikusumo.


“Ini untuk berjuang!” tegas Kawilarang, menolak semua pihak yang mencoba mengambil keuntungan pribadi dari penemuan itu.


Hingga kini, cerita harta karun Cigombong masih menyisakan tanda tanya besar: Apakah seluruhnya benar-benar digunakan untuk perjuangan kemerdekaan, atau ada yang raib di tengah jalan?


***

Sumber: CNBC.

×
Berita Terbaru Update