Foto, pasar Jepara 2. |
Queensha.id - Jepara,
Pasar seharusnya menjadi tempat mencari rezeki dengan tenang, bukan ladang ketakutan. Namun lain cerita di Pasar Jepara 2, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pasar Piting, tempat puluhan pedagang hidup dalam bayang-bayang keresahan. Bukan karena pembeli sepi, melainkan karena pelaku kehilangan yang justru diduga berasal dari dalam sendiri.
Seorang pedagang bernama Sandra (41), warga Jobokuto RT 15 RW 05, tak sanggup lagi bungkam. Ia angkat suara setelah warung tempat ia membantu, milik H. Narti, menjadi sasaran pencurian. Ironisnya, dari rekaman CCTV milik kios sebelah, sosok pelaku sangat mirip dengan penjaga malam pasar berinisial (K) orang yang seharusnya menjaga, bukan mengincar.
“Gembok masih utuh, tapi isinya hilang. Artinya pelaku tahu cara masuk. Dan yang paling mencurigakan, hanya dia yang pegang kunci cadangan,” ujar Sandra dengan nada kesal.
Kasus ini bukan yang pertama. Dalam sepekan terakhir, setengah sak beras dan kopi rentengan raib dari warungnya. Banyak pedagang mengaku mengalami kejadian serupa dan kehilangan barang secara misterius yang nyaris menjadi rutinitas mingguan.
Namun yang membuat luka ini makin dalam adalah diamnya pihak kepala pasar, yang disebut tak menggubris keluhan para pedagang. Bahkan, riwayat masa lalu penjaga malam K yang kabarnya pernah tertangkap warga karena mencuri, tidak membuat status kerjanya berubah.
“Kami heran, kenapa orang seperti itu masih dibiarkan jaga malam. Apa kepala pasar tidak punya hati?” keluh Sandra.
Di sisi lain, para pedagang juga menyayangkan sistem keamanan pasar yang tidak sebanding dengan iuran yang dikutip setiap bulan. Bayangkan, iuran keamanan antara Rp20.000–Rp30.000 dikumpulkan dari sekitar 300 pedagang anggota paguyuban, menghasilkan puluhan juta rupiah setiap bulan namun keamanan tetap nol besar.
Masalah tak berhenti sampai di situ. Para pedagang lesehan yang sudah membayar retribusi harian justru kerap diusir saat baru mulai berjualan. Perlakuan yang dinilai sangat tidak adil dan tidak manusiawi.
“Kami tidak ingin balas dendam. Kami tidak ingin dia dipenjara. Kami hanya ingin rasa aman dan keadilan. Copot penjaga itu. Jangan biarkan kami hidup dalam ketakutan,” tegas Sandra, mewakili suara kolektif para pedagang.
Jeritan yang Menggema
Jeritan hati para pedagang ini kini menggema lebih luas. Mereka memohon kepada pihak Disperindag Jepara, aparat kepolisian, dan para pemangku kebijakan lainnya untuk tidak tinggal diam. Pasar adalah nadi ekonomi rakyat kecil — dan sudah seharusnya menjadi ruang yang aman serta adil.
“Kami sudah cukup sabar. Kami butuh tindakan nyata, bukan janji,” tutup Sandra.
***
Sumber: G7/AR.