Foto, ilustrasi seorang istri marah ke suami. |
Queensha.id - Edukasi Sosial,
Persoalan rumah tangga kerap kali muncul ke permukaan, salah satunya fenomena istri yang dianggap suka menentang atau melawan suami. Namun, para pakar keluarga menekankan agar masalah ini tidak dipandang secara sepihak.
Dalam kultur masyarakat, istri sering ditempatkan sebagai pihak yang salah ketika terjadi pertengkaran rumah tangga. Padahal, hubungan suami dan istri sejatinya adalah hubungan timbal balik.
Refleksi Sikap Suami
Dalam banyak kasus, sikap istri hanyalah refleksi dari perlakuan suami. Jika suami bersikap santun, penuh kasih sayang, dan perhatian, maka istri cenderung tumbuh menjadi pribadi yang lembut. Sebaliknya, jika suami keras, abai, bahkan kasar, istri bisa berkembang menjadi sosok yang menentang dan mudah meledak emosinya.
“Jangan buru-buru menyalahkan istri yang suka membantah. Bisa jadi, ia hanya sedang merefleksikan perlakuan yang didapat dari suaminya,” demikian penjelasan salah satu konselor keluarga di Jakarta.
Pandangan Ulama
Ulama terkemuka Indonesia, KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), dalam salah satu tausiyahnya menekankan bahwa rumah tangga akan berjalan baik bila suami benar-benar meneladani akhlak Rasulullah SAW dalam memperlakukan istri.
“Rasulullah SAW itu suami yang penuh kasih sayang, tidak pernah kasar kepada istrinya. Kalau ada istri yang terlihat keras, itu sering kali karena suami tidak mampu menghadirkan kelembutan dalam rumah tangganya,” tutur Gus Mus.
Senada, KH. Cholil Nafis, Ketua MUI bidang Dakwah, pernah mengingatkan bahwa suami adalah pemimpin rumah tangga, tetapi kepemimpinan itu tidak boleh otoriter. “Kepemimpinan suami adalah amanah. Ia wajib berlaku adil, penuh kasih sayang, dan menghormati istrinya,” katanya.
Pandangan Islam dan Hadist
Islam mengajarkan agar suami istri saling melengkapi, bukan saling menyalahkan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang...” (QS. Ar-Rum: 21).
Dalam hadist, Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi).
Hadist ini menegaskan bahwa ukuran kebaikan seorang suami bukan pada kekuasaan atau ketegasannya semata, melainkan pada bagaimana ia memperlakukan istrinya dengan penuh kelembutan.
Kesimpulannya
Fenomena istri yang suka menentang suami seharusnya tidak langsung dilabeli sebagai pembangkangan. Bisa jadi, itu merupakan reaksi dari rasa sakit hati, kekecewaan, atau kurangnya perhatian yang diberikan oleh suami.
Dengan meneladani akhlak Rasulullah SAW, hubungan suami istri dapat dibangun di atas fondasi kasih sayang, komunikasi yang baik, dan saling menghormati.
Rumah tangga yang harmonis bukan hanya tanggung jawab istri, melainkan juga hasil kepemimpinan suami yang bijak, penuh kasih, dan menjauhkan diri dari sikap kasar.
***