Notification

×

Iklan

Iklan

Konten Perselingkuhan Berkedok Humor di Medsos Tuai Sorotan

Minggu, 28 September 2025 | 07.20 WIB Last Updated 2025-09-28T00:21:40Z
Foto, salah satu konten yang menampilkan adegan humor namun menjurus ke perselingkuhan di media sosial.


Queensha.id - Edukasi Sosial,


Fenomena munculnya konten kreator di platform media sosial seperti Facebook dan TikTok semakin marak. Namun, di balik kreativitas yang ditampilkan, banyak warganet justru menyoroti isi konten yang dinilai meresahkan karena menjurus pada perselingkuhan, meski dikemas dengan nuansa humor.


Banyak orang dewasa merasa sedih dengan tren ini. Mereka menilai tontonan semacam itu bisa merusak moral anak bangsa, terutama generasi muda yang aktif mengakses media sosial tanpa filter.



Pengamat Sosial Angkat Bicara


Pengamat sosial asal Jepara, Purnomo Wardoyo, menilai fenomena ini bukan sekadar hiburan biasa. Menurutnya, apa yang ditampilkan konten kreator bisa memberi dampak serius pada perilaku penontonnya.


“Meskipun dikemas dengan lucu, nilai yang ditanamkan adalah hal-hal yang menjurus pada hubungan terlarang. Anak-anak yang menonton bisa menormalisasi perselingkuhan sebagai sesuatu yang wajar,” kata Purnomo, Sabtu (27/9/2025).





Pandangan Psikolog


Sementara itu, seorang psikolog terkemuka di Indonesia menegaskan bahwa dampak psikologis dari tontonan semacam ini cukup berbahaya. “Walaupun tidak ada adegan vulgar atau ciuman, jalan cerita yang mengarah pada hubungan suami-istri di luar konteks bisa mengacaukan pemahaman remaja tentang norma sosial dan moral,” ujarnya.



Ia menambahkan, media sosial seharusnya bisa menjadi ruang kreatif yang sehat, bukan tempat mempromosikan ide-ide yang justru berpotensi merusak tatanan keluarga dan masyarakat.




Contoh Konten yang Tuai Kritik


Salah satu contoh yang memicu perdebatan adalah cerita seorang suami bertemu kembaran istrinya yang ternyata adik kandung sang istri dan memaksanya masuk kamar. Adegan ditutup dengan ekspresi bahagia sang adik setelah berhubungan, sebelum akhirnya sang suami kembali mendapati istrinya masih tidur.


Kisah seperti ini, meski fiksi dan penuh dramatisasi, dinilai terlalu jauh untuk dijadikan bahan humor. Banyak warga mempertanyakan, “Apa mereka tidak malu dengan tetangga atau orang tua mereka saat membuat konten seperti itu?”




Perspektif Islam


Dari sisi agama, ulama terkemuka di Indonesia menegaskan bahwa konten berbau perselingkuhan dan zina, meski hanya sebatas cerita atau drama, tetap dilarang.


“Dalam Islam, menormalisasi perselingkuhan melalui cerita, apalagi dalam bentuk hiburan publik, bisa mengikis nilai moral. Ini termasuk perbuatan yang mendekati zina dan seharusnya dihindari,” tegas sang ulama.




Ulama itu juga mengingatkan agar para konten kreator berhati-hati. Sebab, setiap karya yang ditayangkan dan ditonton banyak orang akan dipertanggungjawabkan, baik secara sosial maupun di hadapan Tuhan.



Seruan untuk Bijak Bermedia Sosial

Fenomena ini menjadi pengingat bagi semua pihak, baik kreator maupun penonton, agar lebih selektif dalam membuat dan mengonsumsi konten. Apalagi di era digital, di mana tayangan dapat dengan cepat viral dan memengaruhi pola pikir masyarakat luas.


***
×
Berita Terbaru Update