Notification

×

Iklan

Iklan

Pengamat Sosial Jepara: Politik Indonesia Kejam, Bisa Hancurkan Nama Baik

Sabtu, 06 September 2025 | 17.14 WIB Last Updated 2025-09-06T10:15:26Z
Foto, Purnomo Wardoyo pengamat sosial asal Jepara.

Queensha.id - Jepara,


Pengamat sosial asal Jepara, Purnomo Wardoyo, yang juga seorang purnawirawan polisi, menyoroti keras dinamika politik di Indonesia. Menurutnya, dunia politik kerap menjadi “lahan pembantaian” bagi orang-orang pintar yang kurang hati-hati, sehingga justru berakhir pada kehancuran karier dan nama baik.


Dalam tulisannya berjudul Kejamnya Politik Indonesia, Purnomo menyorot perjalanan karier Nadiem Makarim, putra aktivis Nono Makarim. Menurutnya, Nadiem sebetulnya telah menorehkan prestasi gemilang setelah lulus dari Harvard University dengan membangun startup digital yang menembus level unicorn.


“Seandainya putra aktivis Nono Makarim ini hanya jadi pengusaha saja, mungkin hidupnya akan tentram dan jadi idola. Karena setelah lulus studi di Harvard, dia sudah sukses jadi pengusaha start-up digital yang menembus level unicorn. Ia membuka lapangan kerja luas dan menggerakkan ekonomi digital,” tulis Purnomo.


Namun, lanjutnya, semua itu berubah ketika Nadiem menerima jabatan menteri. “Sayang yang bersangkutan tergiur dengan jabatan glamour sebagai menteri yang penuh intrik dan jebakan, serta harus mengikuti kebijakan dan perintah bosnya, Presiden RI Jokowi,” katanya.


Purnomo menilai bahwa jabatan politik tidak selalu membawa kehormatan. Justru sebaliknya, bisa merusak capaian dan menjerumuskan pada masalah.


“Ternyata jabatan politik itu bukannya memperkaya dan memuliakan nama, tapi justru menghancurkan nama baik, merusak capaian, dan memburamkan masa depan diri dan keluarga,” ungkapnya.


Ia pun mengingatkan bahwa politik Indonesia sering kali keras dan tidak ramah bagi orang baru. “Itulah kejamnya politik di Indonesia, yang sering jadi lahan pembantaian bagi orang-orang pintar yang kurang hati-hati dan bijaksana, serta masih baru dalam memahami jebakan politik yang kejam,” lanjutnya.


Sebagai penutup, Purnomo menyayangkan semua prestasi yang telah dirintis sejak kuliah hingga membangun usaha besar kini tertutup oleh kasus hukum.
“Selamat tinggal nama baik. Selamat tinggal kesuksesan. Cukup ini saja. Jangan ada Nadiem-Nadiem lain yang terjebak dalam kekuasaan semu yang berbahaya,” pungkasnya.

***
×
Berita Terbaru Update