Foto, ilustrasi. |
Queensha.id - Edukasi Sosial,
Kebiasaan berutang bukanlah hal asing di masyarakat. Orang sering kali meminjam uang, barang, atau jasa kepada teman, tetangga, bahkan kepada pihak lain demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa utang telah menjadi bagian dari dinamika sosial-ekonomi sehari-hari, meski tak jarang menimbulkan masalah baru.
Karakter Suka Berutang
Karakter atau sifat suka berutang biasanya muncul pada orang yang tidak mampu mengelola keuangan secara baik, terbiasa hidup konsumtif, atau merasa selalu ada jalan keluar dengan meminjam dari orang lain. Sifat ini bisa menjelma menjadi kebiasaan yang membebani, tidak hanya diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.
Ciri-Ciri Orang Suka Berutang
Beberapa tanda yang sering terlihat pada orang dengan kebiasaan ini, antara lain:
- Sering meminjam uang untuk kebutuhan yang sebenarnya bukan prioritas.
- Tidak memiliki rencana pengembalian yang jelas.
- Mengulangi kebiasaan berutang meski utang sebelumnya belum lunas.
- Lebih memilih berutang ketimbang berusaha mencari tambahan penghasilan.
Kerugian dari Kebiasaan Berutang
Kerugian terbesar tentu adalah hilangnya kepercayaan dari orang lain. Selain itu, beban mental dan psikologis juga menjadi dampak serius. Tidak sedikit hubungan pertemanan maupun keluarga yang retak akibat persoalan utang. Dari sisi ekonomi, orang yang terbiasa berutang juga sulit berkembang karena selalu terikat pada kewajiban membayar.
Mengapa Suka Berutang?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang gemar berutang:
- Kesulitan ekonomi – pendapatan tidak sebanding dengan kebutuhan.
- Tidak bisa mengatur keuangan – pola konsumtif tanpa perencanaan.
- Kebiasaan – merasa utang adalah solusi cepat tanpa memikirkan konsekuensi.
Solusi Mengatasi Kebiasaan Berutang
- Membuat anggaran keuangan rumah tangga secara disiplin.
- Membatasi gaya hidup sesuai kemampuan.
- Mengutamakan kebutuhan primer daripada keinginan.
- Mencari tambahan penghasilan melalui pekerjaan sampingan atau usaha kecil.
- Menjadikan utang hanya sebagai opsi terakhir, bukan kebiasaan.
Pandangan Islam tentang Utang
Dalam Islam, utang bukan sesuatu yang dilarang selama diniatkan dengan sungguh-sungguh untuk dibayar. Namun, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa utang bisa menjadi penghalang masuk surga jika tidak dilunasi. Bahkan, orang yang wafat dalam keadaan masih memiliki utang disebut akan tertahan ruhnya sampai utangnya diselesaikan.
Tanggapan Ulama Indonesia
KH. Ma’ruf Amin, salah satu ulama terkemuka, pernah menegaskan bahwa berutang boleh dilakukan dalam keadaan darurat, namun harus disertai niat kuat untuk membayar. Sedangkan KH. Quraish Shihab mengingatkan bahwa kebiasaan berutang untuk hal-hal konsumtif adalah perilaku tercela yang tidak sesuai dengan ajaran Islam tentang kesederhanaan.
Jadi, berutang memang terkadang menjadi solusi cepat saat terdesak kebutuhan. Namun, jika dilakukan tanpa pertimbangan, utang bisa menjadi sumber masalah baru. Kedisiplinan dalam mengelola keuangan, kesadaran untuk hidup sederhana, serta memegang teguh amanah membayar kembali, menjadi kunci agar utang tidak berubah menjadi beban yang menghancurkan kehidupan pribadi maupun sosial.
***