Foto, CEO UIPM Indonesia, Rantastia Nur Alangan. |
Queensha.id - Jakarta,
Universal Institute of Professional Management (UIPM), lembaga pendidikan dan kemanusiaan yang berafiliasi dengan PBB melalui ECOSOC, menyampaikan keprihatinan mendalam atas maraknya fenomena DFK (Disinformasi, Fitnah, Kebencian) di ruang digital Indonesia. Fenomena ini dinilai berbahaya karena mengancam generasi muda, merusak karakter bangsa, dan melemahkan daya saing global.
DFK Sebagai Ancaman Serius
UIPM menegaskan bahwa disinformasi, fitnah, dan kebencian bukan sekadar masalah komunikasi, melainkan persoalan multidimensi yang berdampak pada politik, pendidikan, psikologi, hingga stabilitas sosial.
“Generasi muda adalah aset bangsa. Jika mereka tumbuh dalam ekosistem kebencian dan fitnah, maka kita sedang menyiapkan masa depan yang rapuh. DFK harus dilawan dengan pendidikan, literasi, dan keteladanan,” tegas Prof. Dr. Rantastia Nur Alangan, CEO UIPM.
Peran Pendidikan dan Literasi Digital
Sebagai institusi yang berkomitmen pada SDGs (Sustainable Development Goals) dan budaya meritokrasi, UIPM menyerukan beberapa langkah strategis:
- Penguatan literasi digital di sekolah dan perguruan tinggi agar siswa mampu membedakan fakta dari hoaks.
- Kampanye budaya kompetensi, menggantikan pola pikir “ijazahisme” dengan penekanan pada kemampuan nyata (what you can do).
- Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, media, akademisi, dan organisasi masyarakat untuk melawan penyebaran konten negatif.
Tanggung Jawab Pemimpin Bangsa
UIPM menekankan bahwa pemimpin bangsa memiliki peran sentral dalam menghadapi DFK, di antaranya dengan cara:
- Menjadi teladan dalam komunikasi publik.
- Menegakkan hukum secara adil tanpa pandang bulu.
- Menjaga persatuan melalui narasi yang menyejukkan.
- Membangun ekosistem informasi yang sehat.
Jadi, UIPM menilai bahwa DFK adalah tantangan besar era digital. Jika tidak ditangani serius, generasi muda akan mudah terpecah-belah dan kehilangan arah. Namun dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat mencetak generasi emas yang cerdas, toleran, dan tangguh di panggung global.
“Kami di UIPM siap menjadi mitra bangsa dalam memperkuat literasi, menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, dan membangun budaya kompetensi. Melawan DFK adalah investasi moral untuk Indonesia yang lebih maju,” tutup Prof. Rantastia.
***