Notification

×

Iklan

Iklan

Benarkah Shalat 5 Waktu Selama Sebulan Bisa Mengubah Watak dan Perilaku? Begini Pandangan Islam dan Ulama Indonesia

Minggu, 26 Oktober 2025 | 17.33 WIB Last Updated 2025-10-26T10:41:49Z

Foto, ilustrasi. Seseorang sedang Sholat.

Queensha.id - Edukasi Islam,


Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, muncul keyakinan menarik di kalangan masyarakat: “Barang siapa mampu menjaga shalat lima waktu secara rutin selama satu bulan penuh, maka watak dan perilakunya akan berubah menjadi lebih baik.”



Pertanyaannya, benarkah kebiasaan ibadah yang konsisten dalam sebulan bisa mengubah karakter seseorang? Dan bagaimana pandangan Islam terhadap keyakinan ini?



Shalat Sebagai Tiang Agama dan Terapi Jiwa


Dalam Islam, shalat bukan sekadar ritual harian, melainkan pondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. Nabi Muhammad SAW bersabda:


“Shalat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikannya, maka ia telah menegakkan agama. Dan barang siapa meninggalkannya, maka ia telah merobohkan agama.”
(HR. Baihaqi)


Shalat lima waktu sejatinya bukan hanya bentuk ketaatan, tetapi juga proses penyucian diri yang berulang setiap hari. Setiap kali seorang Muslim berwudhu, sujud, dan membaca doa dalam shalat, sebenarnya ia sedang melatih disiplin, kejujuran, dan ketenangan batin.



Al-Qur’an: Shalat Dapat Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar


Keyakinan bahwa shalat mampu memperbaiki watak dan perilaku bukanlah tanpa dasar. Dalam Surah Al-Ankabut ayat 45, Allah SWT berfirman:


“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”


Ayat ini menjelaskan bahwa shalat yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan kekhusyukan dapat mencegah seseorang dari perilaku buruk. Maka, jika seseorang menjaga shalat lima waktu secara konsisten selama sebulan — dengan niat yang benar dan hati yang hadir — sangat mungkin terjadi perubahan nyata dalam dirinya.


Namun, jika shalat dilakukan hanya sebagai rutinitas tanpa pemaknaan, maka pengaruhnya terhadap perilaku bisa minim.



Hadis Nabi: Shalat Seperti Mandi yang Membersihkan Dosa


Rasulullah SAW juga mengibaratkan shalat sebagai cara Allah membersihkan hati manusia dari noda dosa. Beliau bersabda:


“Bagaimana pendapat kalian jika di depan rumah seseorang ada sungai dan dia mandi di sungai itu lima kali setiap hari, apakah masih tersisa kotoran padanya?”


Para sahabat menjawab, “Tidak ada sedikit pun kotoran yang tersisa.”



Rasulullah bersabda, “Demikianlah perumpamaan shalat lima waktu. Dengan shalat, Allah menghapus dosa-dosa.”
(HR. Bukhari dan Muslim)


Dari hadis ini, dapat dipahami bahwa shalat bukan hanya membersihkan dosa, tetapi juga melembutkan hati dan memperbaiki karakter.



Pandangan Ulama Terkemuka di Indonesia


Ulama dan cendekiawan Muslim Indonesia pun sepakat bahwa shalat memiliki kekuatan spiritual yang besar untuk mengubah perilaku manusia.


KH. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, “Shalat adalah latihan moral dan spiritual. Siapa yang melakukannya dengan sadar, akan tumbuh rasa malu berbuat salah karena ia merasa selalu diawasi Allah.”


Sementara KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) menekankan bahwa shalat bukan hanya gerakan tubuh, tetapi dialog cinta antara hamba dan Tuhannya. “Kalau seseorang benar-benar menikmati shalatnya, maka setelah shalat, ia akan malu berbohong, enggan menyakiti orang lain, dan lebih sabar menghadapi ujian.”


Adapun Ustaz Adi Hidayat (UAH) menambahkan bahwa perubahan perilaku dalam sebulan bukan hal mustahil. “Shalat lima waktu itu ibarat reset moral lima kali sehari. Kalau seseorang istiqamah dalam 30 hari, maka jiwanya akan terlatih sabar, disiplin, dan lebih bersih dari sifat sombong dan iri.”



Kesimpulan: Istiqamah Lebih Penting dari Sekadar Sebulan


Dari pandangan Al-Qur’an, hadis, dan ulama, dapat disimpulkan bahwa shalat lima waktu yang dilakukan dengan sungguh-sungguh memang dapat mengubah watak dan perilaku seseorang menjadi lebih baik.


Namun, perubahan itu tidak datang hanya dari lamanya waktu misalnya sebulan, setahun, atau seumur hidup, melainkan dari kualitas kekhusyukan dan keistiqamahan dalam melakukannya.


Karena itu, siapa pun yang mampu menjaga shalatnya selama sebulan penuh dengan niat yang tulus dan hati yang hadir, telah membuka pintu besar menuju perubahan diri dan langkah kecil itu bisa menjadi awal menuju ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki.


***

(Queensha Jepara / 26 Oktober 2025)