Foto, salah satu petani garam di Bulakbaru, Kedung, Jepara. |
Queensha.id - Jepara,
Musim panen garam di Desa Bulakbaru, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, kali ini tidak berjalan sesuai harapan. Para petani setempat mengeluhkan hasil panen yang menurun drastis akibat intensitas hujan yang cukup tinggi.
Jika biasanya mereka bisa menghasilkan hingga 1.000 karung dengan berat rata-rata 40 kilogram per karung, tahun ini produksi hanya mencapai sekitar 500 karung.
“Biasanya kalau cuaca mendukung, sekali panen bisa penuh sampai seribu karung. Tapi karena hujan sering turun, tambak tidak sempat kering maksimal, jadi hasilnya cuma separuh,” ungkap Saifudin (48) salah seorang petani garam, Kamis (2/10/2025).
Nasib Petani Garam di Tengah Cuaca Tak Menentu
Tambak garam rakyat di Bulakbaru menjadi salah satu sumber penghidupan utama warga setempat. Namun, ketergantungan produksi pada cuaca membuat para petani kerap berada pada posisi sulit ketika musim hujan datang lebih cepat.
Selain penurunan jumlah produksi, kualitas garam pun berpotensi terdampak karena kadar air dalam tambak sulit dikendalikan. Hal ini dikhawatirkan berpengaruh pada harga jual di pasaran.
“Kalau stok berkurang, sebenarnya harga bisa naik. Tapi kalau kualitas menurun, pembeli juga pilih-pilih. Jadi kami berharap ada solusi dari pemerintah untuk mendukung petani garam,” tambahnya.
Perlu Dukungan Teknologi dan Kebijakan
Sejumlah petani menilai, dukungan berupa teknologi penunjang seperti geomembran atau rumah kristalisasi bisa membantu mengurangi risiko kerugian saat cuaca tidak menentu. Selain itu, kebijakan pemerintah terkait tata niaga garam juga diharapkan berpihak pada petani lokal agar hasil panen tetap terserap dengan baik.
Musim panen kali ini menjadi pengingat betapa rapuhnya sektor garam rakyat terhadap perubahan iklim. Para petani di Bulakbaru pun berharap, ke depan mereka tidak hanya mengandalkan nasib pada langit, tetapi juga mendapat sokongan nyata dari program pemberdayaan yang berkelanjutan.
***