Foto, ilustrasi. Seorang anak dengan ekspresi wajah psikopat. |
Queensha.id - Edukasi Sosial,
Hilangnya rasa empati, ketidakpedulian terhadap orang lain, hingga perilaku manipulatif bisa jadi merupakan tanda-tanda awal dari kondisi psikopati. Gangguan kepribadian ini kerap sulit dikenali karena gejalanya bisa terselubung di balik sikap yang tampak wajar dan ramah.
Meski bukan diagnosis klinis resmi, istilah psikopati sering digunakan untuk menggambarkan gejala gangguan kepribadian antisosial (Antisocial Personality Disorder/ASPD) yakni kondisi di mana seseorang tidak memiliki empati, cenderung manipulatif, dan tidak merasa bersalah atas perbuatannya.
Istilah ini pertama kali digunakan pada akhir abad ke-19 dan berasal dari bahasa Yunani psyche (jiwa) dan pathos (penderitaan), yang bila digabungkan berarti “jiwa yang menderita”.
Gejala Psikopat Bisa Muncul Sejak Usia Balita
Menurut catatan American Psychiatric Association (2013), sifat tidak berperasaan dan tidak emosional sudah bisa dikenali pada anak usia 12 tahun. Namun, penelitian dari Universitas Michigan tahun 2016 menunjukkan bahwa tanda-tanda awal bisa muncul sejak anak berusia 2–4 tahun.
Berikut lima gejala utama yang perlu diwaspadai orang tua:
- Tidak menunjukkan rasa bersalah setelah berbuat salah.
- Tidak berubah meskipun sudah diberi hukuman.
- Sangat egois dan tidak mau berbagi.
- Sering berbohong.
- Licik dan berniat menyakiti orang lain.
Para ahli menegaskan, kemunculan gejala tersebut tidak serta-merta menjadikan seorang anak psikopat. Namun, jika pola perilaku itu berlangsung terus-menerus tanpa perubahan, maka intervensi psikologis sejak dini sangat disarankan.
Penelitian lanjutan menemukan, anak-anak dengan perilaku bermasalah sejak balita cenderung menunjukkan gangguan yang lebih serius di usia sekolah, seperti menyakiti hewan atau berperilaku ekstrem lainnya.
Psikopat Tidak Selalu Penjahat
Menariknya, tidak semua psikopat berakhir menjadi pelaku kejahatan. Studi memperkirakan sekitar 1% populasi orang dewasa dan 3% pemimpin bisnis dunia memiliki kecenderungan psikopatik dalam kadar tertentu.
Sifat seperti dingin secara emosional, berani mengambil keputusan, dan manipulatif secara strategis terkadang justru membantu mereka sukses di dunia profesional.
Instrumen seperti Youth Psychopathic Traits Inventory (YPI) digunakan oleh psikolog untuk menilai kecenderungan ini sejak usia remaja, dengan indikator seperti:
- Tidak jujur dan manipulatif
- Narsistik dan haus perhatian
- Tidak berperasaan dan tanpa belas kasih
- Impulsif dan pencari sensasi
- Tidak bertanggung jawab
Pandangan Ulama dan Pengamat Sosial
Menurut pengamat sosial Jepara, Purnomo Wardoyo, psikopati tidak hanya dapat dipahami dari sisi psikologis, tetapi juga dari dimensi spiritual dan moral.
“Ketika seseorang kehilangan empati dan belas kasih, itu bukan hanya gangguan kepribadian, tapi tanda bahwa hatinya mulai mati. Dalam pandangan agama, hati yang mati tidak lagi mampu membedakan mana benar dan salah,” ujarnya, Minggu (5/10).
Purnomo menekankan pentingnya pendidikan moral dan kasih sayang dalam keluarga untuk mencegah tumbuhnya perilaku antisosial sejak dini.
Empati Adalah Kunci
Para ahli sependapat bahwa menanamkan empati sejak dini merupakan cara terbaik untuk mencegah perkembangan sifat psikopatik. Melibatkan anak dalam kegiatan sosial, mengajarkan tanggung jawab, serta memberi contoh perilaku penuh kasih dapat membentuk karakter yang sehat secara emosional.
Sebab, ketika empati hilang, manusia hanya akan menjadi cerdas tanpa nurani — dan dari sanalah lahir pribadi yang bisa menjadi pemimpin karismatik, atau sebaliknya, penjahat tanpa rasa bersalah.
***
Editor: Queensha Jepara.
Tanggal: 5 Oktober 2025.