Foto, keluarga dari Angga Dasena dan Reyna Wiarta dengan dua putrinya. |
Queensha.id - Solo,
Tahun 2021 hingga 2022 menjadi masa terberat bagi rumah tangga Reyna Wiarta (36) dan suaminya, Angga Dasena (43). Di tengah kehidupan mapan mereka di kawasan Banjarsari, Solo, badai rumah tangga datang bukan karena kemiskinan atau perselingkuhan, melainkan karena “izin” atas sesuatu yang disebut sebagai sunah atau poligami.
Awalnya, kehidupan pasangan ini tampak harmonis. Angga dikenal sebagai pengusaha properti sukses, sementara Reyna adalah lulusan S1 Manajemen yang memilih menjadi ibu rumah tangga untuk mengurus dua putri kecil mereka: Arumi (5), dan Rinjani (3). Namun, di balik senyum lembut Reyna, tersimpan kegelisahan yang lama terpendam.
“Ayah nyuruh Mas nikah lagi, katanya demi punya cucu laki-laki,” begitu pengakuan Angga pada istrinya suatu malam di awal Desember 2022 yang lalu.
Kalimat itu menjadi awal dari babak baru dalam hidup Reyna hingga babak yang menguji cinta, iman, dan harga dirinya sebagai perempuan.
Antara Restu dan Luka
Sumber dalam keluarga Dasena menyebut, ayah Angga, Pak Ramli Dasena, dikenal tegas dan sangat menjunjung garis keturunan. Ia merasa “kurang sempurna” jika keluarga besarnya tak memiliki penerus laki-laki.
“Laki-laki itu tidak perlu izin istri untuk menikah lagi,” ujar Ramli di hadapan Reyna, dalam satu pertemuan keluarga yang kemudian menjadi percakapan panjang di kalangan kerabat.
Kata-kata itu seperti petir di siang bolong. Bahkan Bu Endah Rumiyati (67), ibu Angga, hanya tertunduk diam. Tak banyak yang tahu, diamnya itu adalah tanda ketidaksetujuan yang tak bisa diucapkan.
Hingga pada suatu hari di awal 2023, Ramli memperkenalkan seorang perempuan bernama Niken Swastina (30) kepada keluarga mereka. Niken, gadis muda berpendidikan tinggi, berpenampilan menarik, dan konon sudah dikenal Angga sejak masa kuliah.
“Kenalin, ini Niken, calon istri kamu,” kata Ramli tegas.
Reyna hanya bisa tersenyum, menyembunyikan luka di balik wajah yang tampak tenang. Dalam hati, ia bergumam lirih, ‘Tuhan, bolehkah aku menolak takdir seperti ini?’
Senyum yang Menyembunyikan Luka
Reyna keluar dari ruangan, meninggalkan percakapan yang menyesakkan itu. Ia berjalan menuju halaman depan, di mana ketiga putrinya tengah bermain.
“Aku pecundang, bukan? Pecundang yang hanya bisa lari dari masalah,” ucapnya lirih sambil memeluk Rinjani.
Namun, justru dalam pelukan anak-anaknya, Reyna menemukan kekuatan baru. Ia tersenyum, meski hatinya retak.
“Senyum itu ibadah,” katanya pada dirinya sendiri. “Mungkin hanya ini ibadahku hari ini, tersenyum di atas luka," imbuhnya.
Tahun 2023 menjadi babak baru bagi kehidupan rumah tangga Reyna Wiarta dan suaminya, Angga Dasena. Setelah badai panjang tentang poligami mengguncang keluarga mereka, Reyna akhirnya memilih jalan yang tidak banyak dipilih perempuan lain: mengikhlaskan.
Ia tetap tersenyum meski hatinya tercabik dan tetap melayani suaminya, meski tahu sebentar lagi lelaki itu akan menikahi perempuan lain.
“Kalau ini memang jalan takdirku, aku hanya minta satu hal pada Tuhan, beri aku hati yang kuat, bukan kehidupan yang mudah,” tutur Reyna dalam hatinya.
Maret 2023, Angga Dasena akhirnya menikahi Niken Swastina (30) yang merupakan perempuan muda yang diperkenalkan langsung oleh ayahnya, Pak Ramli Dasena.
Pernikahan itu dilakukan secara sederhana namun menjadi buah bibir di kalangan keluarga besar.
Reyna datang dengan gaun putih sederhana, duduk di barisan paling belakang. Tidak ada air mata, hanya senyum yang berusaha ia pertahankan di tengah rasa yang tak terlukiskan.
“Senyum bukan berarti bahagia, kadang itu cara terbaik agar dunia tak melihat luka,” tulis Reyna di catatan pribadinya.
Beberapa bulan setelah pernikahan itu, kabar mengejutkan datang. Niken melahirkan seorang bayi perempuan. Kabar itu membuat suasana keluarga kembali canggung.
“Jadi, untuk apa semua ini kalau akhirnya cucu yang lahir tetap perempuan?” ujar Bu Endah, ibu Angga, sambil menatap suaminya yang terdiam lama.
Waktu berjalan, Pak Ramli Dasena yang semula paling keras mendesak anaknya untuk menikah lagi, perlahan berubah.
Ia mulai jarang keluar rumah, lebih sering termenung di teras sambil memandangi foto keluarga lama.
Menurut pengakuan orang terdekat, sejak kelahiran cucu ketiganya, Ramli sering menangis diam-diam dan berkata lirih,
“Aku sudah zalim pada menantuku. Reyna itu perempuan baik. Aku terlalu sombong dengan kehendakku sendiri," ucapnya.
Beberapa bulan kemudian, Ramli jatuh sakit. Dalam kondisi lemah, ia memanggil Reyna dan memintanya datang ke rumah.
“Maafkan Ayah, Reyna. Dulu Ayah buta oleh keinginan dunia,” katanya dengan suara parau.
Reyna hanya mengangguk, mencium tangan mertuanya, lalu berkata pelan, “Tidak ada yang perlu dimaafkan, Yah. Semua sudah jadi takdir Allah," ucap Reyna.
Tak lama setelah itu, Pak Ramli Dasena meninggal dunia. Warga sekitar menyebutnya sebagai “kematian penuh penyesalan.”
Dua tahun berlalu. Rumah tangga Angga dan Niken yang dulu tampak harmonis mulai goyah.
Pada pertengahan 2025, terkuak kabar mengejutkan bahwa Niken berselingkuh dengan mantan kekasihnya di Yogyakarta. Bukan hanya sekali, melainkan dua kali.
Angga yang selama ini menutup mata, akhirnya tak sanggup lagi menahan malu. Ia menjatuhkan talak satu kepada Niken di hadapan keluarga besarnya. Berita itu cepat menyebar, membuat banyak pihak terdiam, terutama keluarga besar Dasena.
Pasca perceraian itu, kehidupan Angga perlahan berubah. Ia lebih banyak di rumah, memperbaiki hubungannya dengan Reyna dan ketiga anak perempuannya. Reyna, seperti biasa, tetap lembut, tidak pernah menyinggung masa lalu.
“Dulu aku sempat bertanya, kenapa Tuhan biarkan aku disakiti? Sekarang aku tahu, karena Dia ingin aku belajar menjadi lebih kuat,” ujar Reyna ketika diwawancarai awak media di rumahnya di kawasan Laweyan, Solo, (1/10/2025).
Kini, keluarga kecil itu hidup dengan damai. Reyna tetap aktif mengajar anak-anak pendidikan sosial dan agama, sementara Angga masih seperti biasanya berbisnis properti.
Reyna kini dikenal sebagai sosok inspiratif bagi banyak perempuan di Solo. Ia membuktikan bahwa perempuan kuat bukan yang tak pernah menangis, tapi yang mampu tetap berdiri setelah dihancurkan berkali-kali.
“Aku sudah belajar, tak semua kehilangan adalah hukuman. Kadang, itu cara Tuhan mengembalikan sesuatu yang lebih baik,” katanya sambil tersenyum.
Pandangan Ulama dan Pengamat Sosial
Dari sisi keagamaan, KH. Ahmad Fathoni, ulama asal Surakarta, menegaskan bahwa poligami memang dibolehkan dalam Islam, namun bukan perintah mutlak.
“Poligami itu mubah, bukan wajib. Ia menjadi terlarang jika menimbulkan kezhaliman, terutama pada istri pertama. Suami wajib adil bukan hanya dalam nafkah, tapi juga dalam perasaan dan perhatian,” ujar KH. Fathoni, Sabtu (4/10).
"Jadi, Reyna adalah potret perempuan shalihah masa kini. Ia tidak membalas dengan kebencian, tapi dengan kesabaran. Dan Allah membalasnya dengan cara yang indah, " imbuhnya.
Sementara itu, Purnomo Wardoyo, pengamat sosial asal Jepara, menilai kasus seperti yang menimpa Reyna Wiarta mencerminkan ketimpangan emosional dalam struktur keluarga modern.
“Di Jawa, terutama di keluarga besar, poligami sering kali bukan karena kebutuhan spiritual, melainkan tekanan sosial atau obsesi terhadap garis keturunan. Reyna adalah potret perempuan kuat yang menahan badai dengan kesabaran yang luar biasa,” ungkapnya.
“Maka, poligami sering dijadikan pembenaran spiritual atas keinginan duniawi. Tapi lihatlah, akhirnya yang bertahan bukan yang cantik, tapi yang sabar dan tulus," pungkasnya.