Notification

×

Iklan

Iklan

Mengapa Perempuan Hidup Lebih Lama dari Pria? Antara Evolusi, Ego dan Pandangan Islam

Minggu, 12 Oktober 2025 | 11.12 WIB Last Updated 2025-10-12T04:13:02Z

Foto, kakek dan nenek.

Queensha.id - Jakarta,


Di hampir semua penjuru dunia, satu pola tak terbantahkan: perempuan hidup lebih lama daripada pria. Data global menunjukkan rata-rata perempuan berumur 5,4 tahun lebih panjang dibandingkan pria. Namun, mengapa fenomena ini begitu konsisten dari manusia modern hingga hewan di alam liar?


Sains dan agama ternyata memberi dua sisi penjelasan yang saling melengkapi: evolusi dan nilai kehidupan.



Jejak Evolusi: Lelaki Diciptakan untuk Bertarung


Sebuah studi besar yang diterbitkan di Science Advances (1 Oktober 2025) oleh Johanna Staerk dan timnya menganalisis 528 spesies mamalia dan 648 spesies burung. Hasilnya mengejutkan yakni 72% spesies mamalia jantannya mati lebih muda daripada betinanya.



Hanya 5% yang memperlihatkan kebalikannya.


Pada manusia, perbedaan itu terlihat jelas: dari Amerika hingga Asia, pria cenderung meninggal lebih cepat karena cedera, penyakit jantung, diabetes, dan perilaku berisiko seperti kecelakaan atau alkohol.


Penelitian tersebut menegaskan bahwa akar masalahnya bukan hanya medis, tapi evolusioner. Dalam banyak spesies, jantan harus bersaing untuk kawin: bertarung, menampilkan kekuatan, hingga mempertaruhkan nyawa. Sementara betina cenderung berhati-hati karena peran reproduktif dan pengasuhan.


“Dalam spesies non-monogami, betina bisa hidup 15% lebih lama dari jantan. Tapi pada hewan monogami, selisih umur hampir hilang,” tulis Staerk dalam laporannya.


Faktor lain adalah ukuran tubuh: semakin besar jantan dibandingkan betina, semakin berat pula tekanan kompetisi dan semakin pendek pula umurnya.


Namun pada burung, arah jarum berbalik. 68% spesies burung justru betinanya yang lebih cepat mati, karena mereka mengambil lebih banyak risiko saat melindungi telur dan anak. Evolusi, rupanya, selalu punya logikanya sendiri.



Dari Alam ke Kota: Naluri Lama di Tubuh Modern


Walau manusia telah meninggalkan hutan dan mengganti tombak dengan ponsel pintar, naluri lama itu masih hidup.


Menurut Profesor Sebastian Ocklenburg dari MSH Medical School, Hamburg, perilaku kompetitif dan berisiko pada pria adalah warisan dari jutaan tahun evolusi.


“Meski kita tak lagi berkelahi di padang savana, naluri kompetisi itu tetap ada. Kini ia muncul dalam bentuk balapan di jalan, kerja berlebihan, minum berlebihan, dan ambisi berlebihan,”
kata Ocklenburg kepada Psychology Today (10 Oktober 2025).


Namun, ia menambahkan, ada “penawar alami” dari risiko itu: menjadi ayah.
Tanggung jawab terhadap anak, rasa cinta, dan empati yang tumbuh, terbukti secara ilmiah menekan perilaku berisiko dan memperpanjang usia pria.



Pandangan Islam: Umur Panjang Bukan Soal Nasib, Tapi Amanah


Dalam perspektif Islam, panjang atau pendek umur adalah takdir Allah, namun kualitas umur sangat dipengaruhi oleh amal dan perilaku.


Al-Qur’an menegaskan bahwa hidup manusia adalah ujian. “Dan setiap umat memiliki batas waktu; apabila waktu itu telah tiba, mereka tidak dapat menundanya dan tidak (pula) dapat memajukannya.” (QS. Al-A’raf: 34)


Namun, para ulama terkemuka Indonesia menegaskan bahwa umur panjang bukan hanya soal jumlah tahun, tapi tentang keberkahan dan tanggung jawab menjaga tubuh sebagai amanah dari Allah.



Majelis Ulama Indonesia (MUI)


Dalam berbagai bimbingan syariah, MUI menekankan kejujuran, amanah, dan pengendalian diri sebagai pondasi hidup sehat dan berkah.



“Kejujuran bukan hanya soal kata, tetapi soal menjaga keseimbangan diri dari kebiasaan buruk yang merusak tubuh dan jiwa,” ujar KH Abdul Muiz Ali, anggota Komisi Fatwa MUI.



Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah


Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia juga menegaskan hal serupa:

  • Menjaga akhlak, menghindari perilaku berisiko, dan tidak menuruti hawa nafsu berlebihan merupakan bentuk ibadah yang memperpanjang “umur manfaat”.
  • Gaya hidup yang sehat dan seimbang baik fisik, emosional, maupun spiritual adalah bagian dari tanggung jawab seorang Muslim.


Dalam Islam, tindakan seperti minum berlebihan, kebut-kebutan, atau bekerja tanpa kendali hingga melupakan keluarga bukan hanya berisiko secara medis, tapi juga dosa karena menyia-nyiakan amanah hidup.



Ketika Sains Bertemu Iman


Sains melihat perbedaan umur hidup antara pria dan perempuan sebagai hasil dari genetika dan evolusi.
Islam melihatnya sebagai ujian kehidupan dan amanah moral.


Dua pandangan itu bertemu dalam satu titik: perilaku.


Perempuan yang lebih hati-hati, penuh kasih, dan sabar, secara ilmiah dan spiritual memiliki peluang hidup lebih panjang.
Sementara pria yang terlalu larut dalam kompetisi dan ego, baik dalam karier maupun gaya hidup yang secara ilmiah lebih rentan, dan secara spiritual lebih jauh dari nilai tawakal.


“Barang siapa ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi,”
Hadis Riwayat Bukhari.


Hadis ini bukan hanya pesan moral, tetapi juga sejalan dengan temuan ilmiah: hubungan sosial yang baik, kasih sayang, dan keterikatan emosional terbukti menurunkan stres dan memperpanjang umur.



Pelajaran dari Alam dan Akidah


Baik sains maupun Islam sepakat pada satu hal: hidup panjang bukan hadiah, melainkan hasil dari keseimbangan.


Perempuan hidup lebih lama bukan karena keberuntungan, tapi karena cara hidup yang lebih selaras dengan prinsip alam dan nilai spiritual — berhati-hati, jujur, penyayang, dan penuh tanggung jawab.


Sedangkan pria, dengan segala kebanggaan dan keberaniannya, perlu belajar bahwa kekuatan sejati bukan di medan kompetisi, melainkan di kemampuan mengendalikan diri.


Karena pada akhirnya, sebagaimana firman Allah:


“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)


***

Queensha Jepara
12 Oktober 2025