Notification

×

Iklan

Iklan

Perbedaan Kaya Beneran dan Kaya Hutang demi Pengakuan Sosial

Minggu, 12 Oktober 2025 | 22.47 WIB Last Updated 2025-10-12T19:11:49Z

Foto, perempuan yang suka pamer kekayaan di media sosial. (Ilustrasi)


Queensha.id - Edukasi Sosial,


Di era media sosial, siapa pun bisa terlihat sukses, glamor, dan kaya raya. Cukup dengan unggahan mobil sport, liburan ke luar negeri, atau secangkir kopi di hotel bintang lima, citra “berduit” langsung terbentuk di mata warganet. Namun, di balik kemilau foto-foto itu, sering kali tersimpan kenyataan yang jauh dari kata mapan.


Fenomena ini dikenal dengan istilah flexing itu kebiasaan memamerkan pencapaian atau kekayaan demi pengakuan sosial. Tak jarang, flexing berubah menjadi gaya hidup semu yang penuh tekanan finansial.



Hidup Mewah dari Gaji ke Gaji


Menurut Abid Salahi, pakar keuangan sekaligus pendiri FinlyWealth, banyak orang yang tampak kaya justru hidup dari gaji ke gaji.


“Saya pernah menasihati seorang klien yang mengendarai mobil sport mewah dan memakai jam tangan mahal, tetapi kesulitan memenuhi syarat untuk mendapatkan kartu kredit dasar,” ungkap Salahi, dikutip dari Nasdaq, Minggu (12/10/2025).


Ia menjelaskan, orang yang benar-benar kaya justru lebih berhati-hati dalam mengelola uang. Mereka menekan gaya hidup di bawah pendapatan, sementara mereka yang pura-pura kaya menghabiskan setiap rupiah demi menjaga penampilan.


Sebagai contoh, miliarder Warren Buffett masih tinggal di rumah yang sama yang dibelinya pada 1958 seharga 31.500 dolar AS. “Itu bukti bahwa kekayaan sejati bukan tentang barang mewah, tetapi tentang kestabilan finansial,” tambah Salahi.



Kekayaan Semu dan Utang yang Menjerat


Gaya hidup mewah sering kali ditopang oleh utang. Barang-barang bermerk dibeli dengan kartu kredit, sementara cicilan menumpuk demi menjaga citra “berhasil”.


“Mereka yang berpura-pura kaya biasanya menuangkan uang ke dalam aset yang nilainya menurun seperti mobil atau pakaian desainer,” jelas Salahi.


Berbeda dengan mereka yang benar-benar kaya, yang menggunakan kredit dengan strategis untuk memperbesar aset, bukan untuk menciptakan ilusi kemewahan.



Kekayaan Sejati: Tenang, Sederhana, dan Terarah


Pendiri Reliant Insurance Group, Ben Klesinger, menyebut bahwa kekayaan sejati sering kali tampak sederhana dan tidak mencolok.


“Kekayaan sejati itu tenang. Ia datang dari rasa percaya diri, bukan dari kebutuhan untuk dilihat,” ujarnya.


Menurutnya, orang kaya sejati berinvestasi pada hal-hal produktif seperti properti, saham, atau bisnis, bukan pada barang konsumsi mewah. Mereka hidup di bawah kemampuan, fokus pada pengalaman, dan membangun hubungan yang bermakna.


“Mereka memahami bahwa kekayaan berlipat ganda melalui waktu dan kepemilikan, bukan hanya pendapatan tinggi,” tambah Klesinger.



Di Balik Cahaya Filter dan Gengsi


Media sosial telah mengaburkan batas antara kenyataan dan pencitraan. Banyak orang berusaha tampil kaya, padahal justru terjebak dalam tekanan ekonomi yang diciptakannya sendiri.


Abid Salahi menegaskan, “Kekayaan sejati adalah tentang keamanan dan kebebasan finansial, bukan sekadar penampilan luar dari kesuksesan," tuturnya.


Pada akhirnya, hidup bukan tentang siapa yang paling bersinar di layar ponsel, melainkan siapa yang paling damai ketika layar itu dimatikan.


***

Queensha Jepara — 12 Oktober 2025.

×
Berita Terbaru Update