Notification

×

Iklan

Iklan

Program Makan Bergizi Gratis: Antara Kritik, Kasus Keracunan, dan Manfaat bagi Rakyat

Kamis, 02 Oktober 2025 | 10.20 WIB Last Updated 2025-10-02T03:21:25Z

Foto, makan bergizi gratis (MBG).

Queensha.id - Jepara,

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto menjadi salah satu program unggulan pemerintah, selain Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih. Namun, di balik manfaatnya, program ini tak lepas dari sorotan tajam akibat beberapa kasus dugaan keracunan siswa setelah menyantap menu MBG di sejumlah daerah.


Narasi negatif pun berhembus deras di berbagai kanal media sosial. Desakan untuk menghentikan MBG muncul, bahkan ada orang tua yang melarang anak-anaknya menyentuh makanan program tersebut. Namun demikian, fakta di lapangan menunjukkan masih banyak siswa yang sangat bergantung pada MBG sebagai penopang gizi harian mereka.



Kasus Keracunan di Jepara: Hasil Lab Buktikan Negatif


Salah satu kasus mencuat di Banjaran, Bangsri, Jepara. Sebanyak 35 siswa diduga keracunan setelah mengonsumsi MBG. Namun, hasil investigasi laboratorium justru menunjukkan sebaliknya.


Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar, menegaskan tidak ditemukan bakteri penyebab keracunan pada sampel makanan MBG.


“Hasil lab tidak ada bakteri dalam menu MBG yang menyebabkan keracunan anak-anak di Banjaran Bangsri Jepara,” ujarnya, Selasa (30/9).


Hal senada disampaikan Ketua Satgas Percepatan Program MBG sekaligus Wakil Bupati Jepara, M. Ibnu Hajar.


“Secara logika, dalam sehari menu untuk 3.554 anak dari 40 sekolah itu sama. Tapi mengapa yang merasa mual mayoritas hanya dari SDN 1 Banjaran? Bisa jadi mereka sebelumnya mengonsumsi makanan lain. Jadi clear, dari MBG hasilnya negatif,” katanya.



Human Error di Lapangan


Meski hasil lab membebaskan MBG dari tuduhan langsung, evaluasi tetap diperlukan. Human error bisa saja terjadi dalam pengolahan, penyimpanan, maupun distribusi.


  • Pencucian ompreng dan foodtray yang tidak benar-benar kering bisa menyebabkan makanan cepat basi karena lembap.
  • Pengaturan jadwal masak juga krusial. Menu untuk PAUD/TK/SD harus siap pukul 07.00, sedangkan SMP/SMA pukul 09.00. Jika semua dimasak pukul 04.00, risiko basi pada jam makan siang anak SMP/SMA sangat tinggi.


Pengawasan ketat terhadap pekerja dapur MBG menjadi hal mutlak agar standar mutu tetap terjaga.



MBG sebagai Pemberdayaan Ekonomi Rakyat


Di balik kontroversi, program MBG membawa dampak positif bagi ekonomi masyarakat desa. Dapur MBG menyerap banyak tenaga kerja, terutama ibu rumah tangga yang membantu menopang ekonomi keluarga.


Selain itu, kebutuhan bahan baku harian MBG mulai dari sayuran, telur, hingga ikan air tawar yang mendorong petani dan peternak lokal untuk meningkatkan produksi. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pun digerakkan untuk mendukung MBG, terutama melalui program ketahanan pangan (ketapang) yang mendapat alokasi 20% dana desa.


BUMDes dapat menjadi penghubung antara petani sayur, peternak ayam petelur, maupun pembudidaya ikan seperti lele, nila, hingga gurami dengan dapur MBG.



Perbaikan, Bukan Pemberhentian


Setiap kebijakan besar pasti menghadapi tantangan. Kasus dugaan keracunan yang muncul seharusnya menjadi alarm perbaikan, bukan alasan untuk menghentikan program. Instruksi Presiden agar dilakukan investigasi menyeluruh patut diapresiasi sebagai bentuk tanggung jawab negara.


Standar mutu, distribusi, dan pengawasan harus diperkuat. Karena bagi sebagian besar anak-anak sekolah di desa, menu MBG bukan sekadar makanan tambahan—tetapi sumber gizi utama yang mereka nantikan setiap hari.


***

Sumber: UA/SB.

×
Berita Terbaru Update