| Foto, pengamat sosial asal Jepara, Purnomo Wardoyo. |
Queensha.id - Jepara,
Fenomena menarik tengah terjadi di jagat politik dan ekonomi Indonesia. Sosok Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kini menuai banyak simpati dari publik. Di media sosial, namanya ramai dibicarakan sebagai figur pejabat yang lugas, transparan, dan berani melakukan gebrakan. Namun di sisi lain, muncul pula sinyal ketidaksukaan dari sebagian elit politik dan ekonomi yang merasa terusik oleh langkah-langkahnya.
Mengapa publik mencintainya, tapi sebagian elit tampak gerah?
Sosok Pejabat yang Transparan dan Progresif
Purbaya dikenal berani bicara terbuka dan berbasis data dalam setiap kebijakannya. Ia tidak sekadar menyampaikan janji politik, tetapi menawarkan langkah konkret untuk memperbaiki perekonomian nasional.
Salah satu target ambisiusnya adalah mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke angka 6–7 persen, melalui kebijakan fiskal yang realistis dan berorientasi pada rakyat.
Selain itu, Purbaya juga menolak kebijakan yang dinilai membebani masyarakat — mulai dari menunda kenaikan tarif cukai, tidak menaikkan pajak, hingga melakukan pemutihan tunggakan BPJS. Langkah-langkah ini membuatnya populer di mata publik, karena kontras dengan kebijakan ekonomi sebelumnya yang cenderung ketat.
Gebrakan Melawan Kebocoran dan Ketidakefisienan
Gebrakan besar lainnya adalah keberaniannya mengkritisi dan mengevaluasi proyek-proyek warisan masa lalu, bahkan yang berada di kementeriannya sendiri.
Platform perpajakan Coretax, misalnya, disebutnya memiliki kualitas buruk dan dinilai sebagai proyek yang “dikibuli asing.” Purbaya pun bergerak cepat memperbaiki sistem dan menindak pelanggaran di sektor Bea Cukai dan Perpajakan.
Sebagai alumnus ITB dan Purdue University, Purbaya dipandang publik sebagai teknokrat rasional yang mengedepankan efisiensi dan integritas. Ia berusaha menutup kebocoran, memperketat pengawasan, dan menghentikan pemborosan di sektor-sektor yang selama ini rawan korupsi.
Mengusik Kenyamanan Elit Lama
Namun langkah berani itu rupanya tidak disambut hangat oleh semua pihak.
Beberapa elit politik dan pelaku ekonomi yang selama ini menikmati “zona nyaman” dari kebijakan lama, mulai menunjukkan ketidaksenangan.
“Gebrakan Purbaya mengancam struktur lama yang selama ini diuntungkan oleh sistem yang tidak efisien,” ujar Purnomo Wardoyo, pengamat sosial-politik asal Jepara, Senin (27/10/2025).
Menurutnya, gaya kepemimpinan Purbaya yang tegas dan reformis membuat sebagian kelompok elit merasa terancam. “Ia bukan sekadar menteri keuangan, tapi simbol perubahan yang berpotensi mengganggu kepentingan ekonomi dan politik lama,” tambah Purnomo.
Pertarungan di Lingkar Kekuasaan
Meski didukung penuh oleh Presiden Prabowo Subianto dan mendapat simpati luas dari masyarakat, langkah Purbaya bukan tanpa risiko.
Ia berhadapan dengan kekuatan lama yang masih memiliki pengaruh besar — baik di sektor ekonomi, birokrasi, maupun penegakan hukum.
“Jika dukungan politik terhadap Purbaya goyah, maka agenda reformasi ekonomi bisa terganggu,” kata Purnomo Wardoyo.
Namun, jika Presiden Prabowo tetap memberikan legitimasi penuh, maka Purbaya berpotensi menjadi simbol kebangkitan ekonomi nasional baru yang bersih dan efisien.
Kini, publik menunggu dengan sabar babak selanjutnya dari pertarungan di lingkar kekuasaan ini.
Apakah Purbaya akan tetap menjadi pendobrak status quo dan motor perubahan ekonomi Indonesia atau justru terhambat oleh kekuatan lama yang masih berakar kuat di pemerintahan?
Satu hal pasti, rakyat tampaknya sudah memilih berpihak pada sosok yang berani melawan arus demi kepentingan bangsa.
***
(Queensha Jepara, 27 Oktober 2025)