Notification

×

Iklan

Iklan

Rahasia Wanita: Antara Cinta, Logika dan Realita Hidup

Rabu, 01 Oktober 2025 | 23.19 WIB Last Updated 2025-10-01T16:21:03Z

Foto, model dan selebgram cantik serta perempuan cantik pakai hijab.

Queensha.id - Edukasi Sosial,


Perjalanan hidup seorang wanita sering kali melewati fase penuh gejolak, terutama dalam hal cinta dan pernikahan. Fakta sosial menunjukkan bahwa banyak wanita muda pada rentang usia 18–25 tahun lebih sering mengambil keputusan berdasarkan perasaan daripada logika.


Sebuah studi perilaku sosial mengungkap, pada fase usia tersebut wanita cenderung mencari pengalaman emosional, rasa dimengerti, dan kesenangan sesaat. Tak jarang, keputusan mereka dalam memilih pasangan tampak terburu-buru. Ada yang rela menikah dengan pria tanpa pekerjaan tetap, bahkan dengan kondisi ekonomi yang serba terbatas, hanya karena faktor perasaan.


Namun, tidak semua berakhir buruk. Sebagian dari mereka tetap setia dan akhirnya melihat pasangannya berkembang sukses seiring perjalanan usia.



Pergeseran Pola Pikir di Usia Matang


Ketika memasuki usia 30 hingga 40 tahun, pola pikir banyak wanita mulai bergeser. Mereka tak lagi sekadar mengejar cinta romantis, melainkan lebih mementingkan kenyamanan, stabilitas, serta keamanan hidup. Di fase ini, mereka cenderung menggunakan logika dalam menimbang pasangan.


Fenomena ini oleh sebagian pakar disebut sebagai “puber kedua”, yakni masa ketika seorang wanita bisa jatuh cinta lagi, tetapi dengan pertimbangan yang jauh lebih rasional.


Pengamat sosial Indonesia, Dr. Andini Puspitasari, menilai hal tersebut sebagai konsekuensi alami dari perjalanan emosional wanita.


“Perempuan muda biasanya masih belajar memahami diri dan dunia. Setelah mengalami banyak hal, mereka akan lebih realistis dalam menentukan siapa yang layak mendampingi hidupnya. Ini bukan semata-mata soal cinta, melainkan juga tentang keberlangsungan hidup,” jelasnya.



Kekhawatiran Para Suami


Dari sisi laki-laki, fenomena ini sering menimbulkan kekhawatiran. Sebagian suami merasa cemas: apakah istrinya benar-benar mencintai dirinya, atau hanya bertahan karena keadaan? Tak jarang muncul prasangka tentang mantan kekasih atau kemungkinan adanya hubungan di luar rumah tangga.


Psikolog keluarga, Ahmad Rifqi, M.Psi, menegaskan bahwa ketakutan semacam itu sebenarnya bisa dicegah.


“Kuncinya adalah komunikasi dan keterbukaan. Jika suami dan istri bisa saling memahami kebutuhan masing-masing, potensi konflik dan perselingkuhan dapat ditekan,” katanya.



Pandangan Islam


Lalu, bagaimana Islam memandang hal ini?


Ulama terkemuka Indonesia, KH. Muhammad Quraish Shihab, pernah menegaskan bahwa cinta dalam Islam tidak sekadar mengikuti hawa nafsu, tetapi harus diikat dengan nilai tanggung jawab.


“Islam mengajarkan bahwa pernikahan adalah ibadah. Wanita maupun pria tidak boleh hanya mengedepankan perasaan sesaat. Pilihlah pasangan karena agama, akhlak, dan tanggung jawabnya. Dengan itu, ketenangan akan lebih mudah tercapai,” tutur beliau dalam sebuah kajian tafsir.


Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW juga menekankan bahwa wanita dinikahi karena empat hal: hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Dan yang paling utama adalah agamanya.



Jadi, rahasia wanita bukanlah sesuatu yang sepenuhnya gelap. Di balik dinamika perasaan dan logika, sesungguhnya ada proses pencarian jati diri. Wanita muda mungkin lebih mengikuti hati, tetapi seiring bertambah usia, pertimbangan logis akan lebih dominan.


Bagi pria, memahami dinamika ini penting agar tidak terjebak dalam rasa curiga, melainkan membangun rumah tangga dengan komunikasi, kepercayaan, dan nilai-nilai spiritual.


Pada akhirnya, baik pria maupun wanita, cinta sejati hanya akan bertahan jika dibangun di atas fondasi tanggung jawab, kejujuran, dan iman.

***