Notification

×

Iklan

Iklan

Ujian Rumah Tangga di Tahun-tahun Awal Pernikahan, Begini Pandangan Ulama dan Pengamat Sosial

Sabtu, 04 Oktober 2025 | 13.43 WIB Last Updated 2025-10-04T06:44:06Z

Foto, ilustrasi. Pasangan suami istri yang mesra dalam rumah tangganya.


Queensha.id - Edukasi Sosial,


Setiap pernikahan pasti diuji. Tak peduli seberapa kuat cinta di awal, rumah tangga akan selalu menghadapi gelombang masalah seiring berjalannya waktu. Mulai dari tahun pertama hingga tahun kelima pernikahan, fase ujian biasanya datang silih berganti.


Masalah ekonomi, belum dikaruniai anak, perbedaan pendapat, hingga persoalan mertua sering kali menjadi sumber konflik di tahun-tahun awal. Namun para ahli mengingatkan, selama masalah tersebut tidak menyentuh hal-hal prinsip seperti kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, atau kelalaian nafkah, maka kesabaran dan komunikasi tetap menjadi kunci utama mempertahankan rumah tangga.



Fase Awal Pernikahan: Masa Aklimatisasi dan Pembentukan Fondasi


Pengamat sosial asal Jepara, Purnomo Wardoyo, menilai lima tahun pertama pernikahan adalah masa paling krusial dalam membangun pondasi kehidupan bersama.


“Tahun pertama hingga kelima adalah masa adaptasi. Di sinilah pasangan benar-benar belajar mengenal karakter satu sama lain, belajar sabar, belajar menurunkan ego. Banyak yang gagal bukan karena tidak cinta, tapi karena tidak siap menghadapi perbedaan,” ujar Purnomo kepada Queensha Jepara, Sabtu (4/10/2025).


Menurutnya, masalah rumah tangga yang muncul di awal pernikahan adalah bagian alami dari proses pendewasaan emosional kedua pihak.


“Selama tidak menyentuh batas prinsip seperti KDRT, zina, atau kelalaian tanggung jawab, maka setiap persoalan sebenarnya bisa diselesaikan dengan komunikasi yang matang,” tambahnya.


Purnomo juga menegaskan, rumah tangga yang berhasil bukan yang tanpa masalah, tetapi yang mampu melewati badai bersama.



Pandangan Ulama: Ujian Rumah Tangga adalah Ladang Pahala


Ulama terkemuka Indonesia, KH Ahmad Fathurrahman, menyebut bahwa ujian dalam pernikahan adalah bagian dari sunnatullah dan sebuah keniscayaan yang tak bisa dihindari.


“Allah tidak menjanjikan rumah tangga tanpa ujian. Justru ujian itu adalah cara Allah menumbuhkan kesabaran, ketulusan, dan rasa saling memahami di antara suami istri,” ungkapnya.


Beliau menegaskan, kesabaran dalam menghadapi konflik rumah tangga bernilai ibadah besar, terutama ketika kedua pihak tetap berkomitmen menjaga pernikahan.


“Ketika suami istri mampu menahan emosi, saling mendoakan, saling memperbaiki diri, itulah tanda rumah tangga yang diberkahi. Ujian bukan untuk memisahkan, tapi untuk memurnikan cinta,” jelas KH Fathurrahman.


Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa ujian sebenarnya bukan di awal, melainkan setelah usia pernikahan melewati satu dekade.


“Fase jenuh sepuluh tahun ke atas itu berat. Bukan lagi soal ekonomi atau mertua, tapi tentang mempertahankan cinta di tengah kebiasaan dan kejenuhan. Maka siapa yang bertahan, ia sedang berjuang menuju surga bersama pasangannya,” tutupnya.



***

Penulis: Redaksi Queensha Jepara.
Editor: Vico Rahman.
Tanggal: 4 Oktober 2025.

×
Berita Terbaru Update