| Foto, kolase. Abrasi di dua Desa, yaitu Desa Surodadi dan Desa Panggung, kecamatan Kedung, Jepara. |
Queensha.id – Jepara,
Ancaman abrasi berat kini terus menghantui warga Dukuh Wonorejo, RW 06 Desa Surodadi, serta Dukuh Bandengan RW 03 Desa Panggung, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. Dalam beberapa tahun terakhir, gelombang laut yang semakin agresif membuat daratan di dua wilayah tersebut terkikis hingga puluhan meter setiap tahun, menempatkan sekitar 2.000 jiwa dalam kondisi waspada.
Laut Sudah "Mepet" Rumah Warga
Berdasarkan pantauan di lapangan pada Rabu (19/11/2025), batas antara laut dan permukiman warga praktis sudah hilang. Gelombang air laut hanya berjarak beberapa meter dari rumah-rumah, bahkan ketika pasang, air kerap masuk ke dalam rumah.
“Air laut wes mempet omah lur… abrasi wes parah iki,” ujar MA (45), warga RW 06 Surodadi, sembari menunjuk ke arah ombak yang datang tepat di belakang rumahnya.
Menurut MA, kondisi ini selalu memburuk setiap memasuki musim hujan. Dalam empat hari terakhir saja, air laut sudah beberapa kali mencapai pemukiman.
Pantai Seribu Ranting Tinggal Nama
Keluhan serupa datang dari MT (43), warga Dukuh Bandengan, Desa Panggung. Ia menyayangkan minimnya aksi nyata dari pemerintah.
“Abrasi di RW 03 itu sudah fase kehancuran. Pantai Seribu Ranting yang dulu indah dan ramai, sekarang tinggal nama. Selama tiga tahun terakhir aja daratan hilang hampir 200 meter. Tiap tahun puluhan meter lenyap jadi laut,” tegasnya.
Kondisi itu membuat warga semakin cemas, terlebih rumah-rumah mereka kini berada dalam ancaman langsung gelombang.
Petinggi Desa: Setiap Tahun Daratan Hilang 10–20 Meter
Petinggi Desa Panggung, Syamsul Huda, membenarkan kerusakan pesisir sudah pada level mengkhawatirkan. Menurutnya, daerah itu dihuni sekitar 60 KK, dan daratan yang hilang akibat abrasi mencapai 10–20 meter tiap tahun.
“Pantai Seribu Ranting itu pernah dapat SK Bupati sebagai desa wisata tahun 2022. Setiap Musrenbangcam kami selalu usulkan pemecah gelombang atau sabuk laut, tapi tidak ada respon,” ujarnya.
Ia memperingatkan, jika tidak ada tindakan segera, lima tahun mendatang gelombang laut dipastikan menghantam rumah-rumah warga.
| Foto, kolase. Abrasi di dua Desa, yaitu Desa Surodadi dan Desa Panggung, kecamatan Kedung, Jepara. |
Desa Surodadi: Sudah Berulang Kali Lapor, Tapi Nihil Tindakan
Petinggi Desa Surodadi, Zainul Ikhsan, mengaku abrasi di RW 06 sudah pada tahap parah.
“Kami ini hanya menyampaikan keluhan warga. Sudah sering koordinasi dengan pemerintah, tapi belum ada realisasi. Kami harap ada solusi minimal temporer dulu dari Pemda,” ujarnya.
Camat Kedung Siapkan Pengajuan Audiensi ke Bupati
Camat Kedung, Himawan Muttaqin, memastikan sudah mengetahui situasi tersebut.
“Pagi tadi saya sudah diskusi dengan Petinggi dan Carik Surodadi. Dalam waktu dekat akan diajukan audiensi ke Bupati. Saya juga minta mereka menyiapkan bahan lengkap untuk usulan penanganan,” ujarnya.
Langkah ini diharapkan membuka jalan percepatan penanganan dua desa pesisir tersebut.
Diskan Jepara: Perlu Kajian Khusus, Wilayah Langsung Berhadapan dengan Laut
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Jepara, Muh. Tahsin, menyatakan dua desa itu memang memiliki kondisi geografis yang lebih ekstrem.
“Wilayah itu langsung berhadapan dengan laut, tidak seperti desa pesisir lainnya. Jadi perlu kajian yang tepat, apalagi sekarang musim rob.” jelasnya.
Tahsin mengatakan penanaman mangrove sudah dilakukan di sejumlah titik pesisir Jepara, namun untuk infrastruktur besar seperti sabuk laut, kewenangannya berada di pemerintah provinsi dan pusat.
“Pemda sudah mengupayakan lewat provinsi dan pusat. Karena keterbatasan anggaran, apalagi wilayah laut memang kewenangan mereka,” tambahnya.
Warga Menunggu Aksi Nyata
Ribuan warga kini hanya berharap pemerintah cepat bergerak. Tanpa intervensi serius, ancaman tenggelamnya dua desa pesisir di Kedung bukan lagi wacana tapi tinggal menunggu waktu.
***
Wartawan: Yusron.