| Foto, lokasi yang terjadi abrasi pantai. |
Queensha.id – Jepara,
Ancaman abrasi kembali menghantui warga pesisir Desa Surodadi, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. Memasuki musim hujan disertai gelombang besar dan rob tinggi, garis pantai di Dukuh Wonorejo semakin merangsek mendekati permukiman warga. Kondisi ini membuat masyarakat setempat semakin was-was, terutama para petambak yang setiap tahunnya kehilangan lahan akibat tergerus air laut.
Pada Minggu, 16 November 2026, pantauan di lapangan menunjukkan tambak-tambak warga terus terkikis. Sebagian tanggul darurat yang dibuat menggunakan bambu dan plastik geomembrane bekas tampak porak-poranda diterjang ombak. Usaha warga mempertahankan tambak dengan cara swadaya itu belum mampu menghentikan laju abrasi yang semakin agresif.
Sunarto, salah satu warga dan petambak di Surodadi, mengaku kerusakan tambak sebenarnya telah berlangsung lebih dari satu dekade. Namun dalam beberapa tahun terakhir, perubahan cuaca ekstrem membuat abrasi semakin cepat memakan daratan.
“Lebih separuh tambak saya sudah hilang jadi air. Kalau musim hujan begini, terasa sekali. Dalam satu musim penghujan saja bisa makan sampai 10 meter,” ujar Sunarto.
Pada musim kemarau sebelumnya, tanggul yang dibangun secara mandiri masih bisa menahan air sehingga produksi garam tetap berjalan meski tidak maksimal. Namun akhir pekan kemarin, gelombang besar dan rob tinggi menghancurkan tanggul bambu yang menjadi satu-satunya penahan ombak.
“Hari Minggu kemarin rob tinggi, gelombang juga besar. Tanggul dari bambu porak-poranda semua,” tambahnya.
Meski terus tergerus, para petambak tetap berusaha mempertahankan tambak karena menjadi satu-satunya sumber penghasilan. Warga berharap pemerintah turun tangan membantu pembangunan talud permanen dan bangunan pemecah gelombang demi mencegah kerusakan lebih lanjut.
“Kami mohon pemerintah membantu membuat talud dan pemecah gelombang. Sampai sekarang belum ada campur tangan pemerintah. Semua warga masih swadaya,” kata Sunarto.
Ia khawatir bila tidak ada penanganan serius, abrasi tidak hanya menghilangkan tambak, tetapi juga merembet hingga permukiman warga. Sunarto bahkan mengingat kejadian puluhan tahun lalu saat Desa Bulak hilang akibat gempuran abrasi tanpa henti.
“Kami hanya berharap tambak yang hilang, jangan sampai rumah-rumah warga ikut habis. Tanggul penahan dan pemecah gelombang sangat kami butuhkan,” tutupnya.
***
Sumber: Muin.