Notification

×

Iklan

Iklan

Bandeng Kalingga: Potensi Emas yang Tersembunyi di Ujung Utara Jepara

Rabu, 12 November 2025 | 07.52 WIB Last Updated 2025-11-12T00:53:30Z

Foto, tambak di Desa Ujingwatu, kecamatan Donorojo, Jepara (Bandeng Kalingga).

Queensha.id – Jepara,



Di balik hamparan tambak di Desa Ujungwatu dan Clering, Kecamatan Donorojo, Jepara, tersimpan kisah panjang tentang ketekunan, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor. Di sanalah, lahir “Bandeng Kalingga”, sebuah upaya membangun identitas baru bagi hasil laut pesisir utara Jepara yang kini mulai dikenal luas.



Dari Rawa dan Karang Menjadi Tambak Produktif


Kisah ini bermula pada tahun 1962, dari tangan dingin Mbah Muhammad Satir, seorang tokoh dari Dukuh Jerukrejo, Desa Banyumanis. Melihat potensi pantai di sekitarnya, Mbah Satir berjuang membuka lahan rawa yang penuh karang dan semak belukar untuk dijadikan tambak bandeng.
Kerja kerasnya tak sia-sia. Dari lahan yang awalnya tak produktif, lahirlah tambak-tambak bandeng yang kini luasnya mencapai lebih dari 330 hektare. Keberhasilan Mbah Satir menjadi inspirasi warga lain hingga Ujungwatu dikenal sebagai salah satu sentra bandeng terbesar di Jepara.



Lima Unsur Kekuatan: Kolaborasi Pentahelix


Kebangkitan tambak bandeng Ujungwatu tak lepas dari kolaborasi pentahelix yang melibatkan petambak, akademisi, dunia usaha, pemerintah, dan media. Salah satu pendorong utamanya adalah PLN Unit Induk Pembangkitan (UIK) Tanjung Jati B, yang sejak 2022 aktif mendukung lewat elektrifikasi kawasan tambak.



Berkat listrik, teknologi kincir dan pompa air bisa digunakan secara optimal sehingga produktivitas tambak meningkat drastis yakni dari rata-rata 800 kilogram menjadi 2 ton per hektare.


Tak hanya listrik, PLN juga menggulirkan serangkaian program seperti penanaman mangrove, pelatihan olahan bandeng, hingga pengembangan koperasi petambak. Tahun 2025, fokus diarahkan pada inovasi kelembagaan, produksi pakan mandiri, serta penguatan branding “Bandeng Kalingga” sebagai ikon ekonomi baru pesisir utara Jepara.



Lahirnya Koperasi Bala Kalingga Jaya


Untuk memperkuat jejaring usaha dan memperluas pasar, para petambak bergabung dalam Koperasi Bala Kalingga Jaya, yang diketuai oleh Wiharsono. Melalui koperasi ini, mereka memproduksi berbagai olahan bandeng seperti bandeng presto, otak-otak bandeng, dan abon Bentari.



“Selama ini kami menjual bandeng segar ke Juana seharga Rp30 ribu per kilogram. Dengan olahan produk, harapannya ada nilai tambah yang bisa langsung dirasakan oleh petambak,” ujar Wiharsono saat menerima rombongan Safari Jurnalistik dan Media Hangout PLN Tanjung Jati B, Selasa (11/11/2025).


Produk olahan bandeng Kalingga dibanderol cukup terjangkau: bandeng presto 500 gram seharga Rp40 ribu, sedangkan otak-otak bandeng Rp45 ribu. Namun, pemasaran masih menjadi tantangan utama. “Permintaan luar kota sudah ada, tapi belum rutin. Kami berharap kunjungan wisatawan ke Jepara, terutama Karimunjawa, bisa jadi peluang pasar,” tambah Khabib Anwar, bendahara koperasi.



Menatap Masa Depan: Dari Ujung Jepara untuk Indonesia


Potensi besar Bandeng Kalingga kini tinggal menunggu sentuhan strategis. Akses jalan yang cukup jauh yaitu sekitar 50 kilometer dari pusat Jepara dan masih menjadi kendala utama distribusi. Namun semangat untuk menjadikan bandeng Ujungwatu sebagai ikon kuliner khas Jepara terus menyala.


“Ke depan, kami ingin membuka konter oleh-oleh khas Bandeng Kalingga di area wisata, agar wisatawan bisa langsung membawa pulang produk unggulan kami,” ujar Wiharsono penuh harap.


Dengan cita rasa gurih dan daging yang lembut, Bandeng Kalingga sejatinya bukan sekadar hasil tambak, melainkan simbol ketekunan dan kerja kolektif masyarakat pesisir Jepara. Potensi emas ini kini menunggu untuk benar-benar bersinar — dari ujung utara Jepara untuk pasar nasional.



***

Sumber: Hadepe.
Tim Redaksi Queensha Jepara