| Foto, saat pengaduan orang tua korban kekerasan di sekolah SMP Negeri 02 Gandrungmangu, Cilacap, Jawa Tengah. |
Queensha.id - Cilacap,
Dunia pendidikan kembali tercoreng. Kasus dugaan kekerasan fisik yang dilakukan oleh oknum guru di SMP Negeri 02 Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, kini tengah menjadi sorotan publik. Insiden yang terjadi pada akhir Oktober 2025 itu disebut telah membuat sejumlah siswi trauma dan bahkan memilih keluar dari sekolah.
Salah satu orang tua murid, Turasmi, mengaku anaknya menjadi korban kekerasan fisik oleh seorang guru di sekolah tersebut. Meski pihak sekolah dan kepala sekolah telah meminta maaf, Turasmi tetap merasa khawatir dengan keselamatan anaknya serta adik korban yang masih bersekolah di tempat yang sama.
“Anak saya pas pulang sekolah nangis. Katanya dicubit di lengan dan diteplak pakai tangan di leher,” ujar Turasmi saat ditemui di rumah orang tuanya, Rabu (29/10/2025).
Menurutnya, kasus seperti ini bukan yang pertama kali terjadi. Ia bahkan mendengar kabar bahwa ada tiga siswa lain yang sudah keluar dari sekolah karena mengalami hal serupa di masa lalu.
Turasmi berharap pihak sekolah mengambil tindakan tegas terhadap pelaku agar tidak ada lagi siswa yang menjadi korban.
“Kepala sekolah dan guru sempat datang ke rumah untuk minta maaf, tapi anak saya tidak mau menemui mereka. Saya sudah maafkan secara pribadi, tapi masalah ini saya serahkan ke Pak Projol,” tambahnya.
Suara Keluarga: Minta Tanggung Jawab dan Sanksi Tegas
Projol, paman dari korban, mengatakan bahwa dirinya sejak awal dipercaya keluarga untuk menjembatani komunikasi dengan pihak sekolah. Namun, ia menyayangkan sikap sekolah yang datang langsung ke rumah korban tanpa memberi pemberitahuan terlebih dahulu.
“Mereka datang ke rumah ibu korban dan menyatakan sudah minta maaf, tapi secara hukum dan administratif seharusnya ibu Nur, wakil kepala sekolah, tetap dikenakan sanksi. Secara kemanusiaan memang bisa dimaafkan, tapi etika dan tanggung jawab profesi pendidik tidak boleh diabaikan,” tegasnya.
Projol menilai bahwa tindakan sepihak dari pihak sekolah tanpa koordinasi menunjukkan kurangnya kepekaan terhadap tata etika dan tanggung jawab moral sebagai lembaga pendidikan.
Korban Masih Trauma
Hingga kini, Ferly, siswi yang menjadi korban, masih mengalami trauma dan belum mau kembali ke sekolah. Meski pihak sekolah telah memintanya untuk masuk kembali, rasa takut masih menghantui dirinya.
“Anaknya masih takut setiap kali dengar kata sekolah. Dia bilang tidak mau ke sana lagi,” ungkap Turasmi lirih.
Belum Ada Tanggapan Resmi dari Sekolah
Hingga Selasa (4/11/2025), pihak SMP Negeri 02 Gandrungmangu belum memberikan pernyataan resmi terkait dugaan kasus kekerasan ini. Redaksi Queensha Jepara telah mencoba menghubungi pihak sekolah, namun belum mendapat respons.
Kasus ini kini menjadi perhatian masyarakat dan pemerhati dunia pendidikan, karena menyangkut keamanan dan psikologis anak di lingkungan sekolah hingga tempat yang seharusnya menjadi ruang belajar yang aman dan nyaman bagi semua siswa.
Tim Queensha Jepara akan terus mengikuti perkembangan kasus ini dan menyampaikan informasi terbaru kepada publik.
***
Sumber: RPN.
(Queensha Jepara – 4 November 2025)