| Foto, penyanyi pop Mazpeth (Narakoe), Endah dan Ajeng. |
Queensha.id - Magelang,
Lagu Borobudur, yang pernah membawa nama Mazpeth melaju hingga panggung Internasional Indie Music Festival (IIMF) 2018 bersama 115 band dari berbagai negara, kembali dihidupkan dengan sentuhan baru tanpa menghilangkan ruh aslinya. Karya yang memiliki nilai historis sekaligus emosional bagi perjalanan musik Mazpeth ini dirilis ulang dalam format lebih segar dengan kolaborasi tiga nama yaitu Endah & Ajeng, serta Nina.
Endah dan Ajeng merupakan dua putri dari Bapak Noeryanto, pemilik Omah Mbudur yang menjadi pengisi vokal yang menyuntikkan karakter baru tanpa meninggalkan benang merah karya asli. Harmoni keduanya menambah warna yang lebih lembut dan matang, sementara Nina kembali hadir sebagai penghubung antara versi lawas dan versi baru, mengingat perannya pada rilisan tahun 2018.
Dari sisi produksi, rekaman ulang ini tetap ditangani oleh Mazpeth sebagai music director, sosok yang kini lebih dikenal publik dengan nama Nara Koe. Pengalamannya sebagai produser musik dan kreator konten berbagai brand membuat aransemen terbaru terdengar lebih rapi dan penuh detail. Mazpeth juga menggandeng Adit dari MM Studio Bandung untuk memastikan kualitas audio yang lebih kaya, tebal, dan modern.
Mazpeth menjelaskan bahwa lagu Borobudur bukan hanya tentang megahnya Candi Borobudur, yang sudah diakui dunia. “Kalau bicara kebesaran Borobudur, semua orang tahu itu megah. Yang saya tawarkan adalah rasa yang merupakan nuansa, suasana, dan vibes di sekitar Borobudur yang nggak bisa ditemukan di tempat lain,” ungkapnya, Senin (24/11/2025).
Lebih dalam, ia menambahkan bahwa proyek ini juga merupakan bagian dari semangat regenerasi. “Saatnya generasi di bawah melanjutkan. Kita hanya membimbing dan mengarahkan. Mereka punya warna sendiri, dan itu yang membuat rilisan ini terasa hidup," imbuhnya.
Versi terbaru Borobudur dijadwalkan rilis di seluruh digital platform, memungkinkan penikmat musik menikmati perjalanan ulang sebuah karya yang pernah berprestasi dan kini hadir dengan interpretasi lebih kaya oleh generasi penerusnya.
Rilisan ini diharapkan menjadi jembatan antara masa keemasan karya 2018 dan wajah musik masa kini tanpa kehilangan jiwa Borobudur yang penuh rasa, keheningan, dan keagungan budaya.
***
Tim Redaksi.