| Foto, Sudarmaji (manusia gua yang tidak diketahui asal-usulnya). |
Queensha.id – Mojokerto,
Fenomena keberadaan “manusia gua” di Gua Anggas Wesi, kawasan pedalaman hutan Perhutani Jombang, kembali memicu kegelisahan warga dan pemerhati wisata alam. Sosok pria bernama Sudarmaji, yang telah tinggal di dalam gua lebih dari empat dekade, disebut-sebut membuat kawasan wisata alami tersebut semakin kumuh dan tidak terawat.
Gua Anggas Wesi, yang dulunya menjadi destinasi religi dan spiritual yang ramai dikunjungi peziarah, kini berubah muram karena ditempati Sudarmaji bersama beberapa penghuni lain yang tidak memiliki identitas maupun izin tinggal.
Dari Gua Religi Jadi Kumuh dan Sepi Pengunjung
Warga setempat, Sakri (76) dan istrinya Poniyem (50), yang tinggal paling dekat dengan lokasi gua, menuturkan bahwa keberadaan Sudarmaji membuat kondisi di dalam gua tidak lagi sedap dipandang.
“Dulu banyak tamu datang untuk ritual. Sekarang jarang. Gua jadi bau, kotor. Alat masak di mana-mana,” ujar Sakri.
Pantauan di lapangan memperlihatkan panci, galon air, ember, hingga tungku kayu berserakan di berbagai sudut gua. Selain itu, Sudarmaji juga memelihara ayam di dalam gua, yang makin memperparah kesan kumuh.
Penghuni Gua Dinilai Rumit dan Tertutup
Istri Sakri, Poniyem, menyebut Sudarmaji sebagai sosok yang “rumit”.
“Ditanya tidak mau jawab, sering menjengkelkan. Kalau ada tamu tidak membawa makanan, dia menggerutu,” ujarnya.
Tak hanya Sudarmaji, kini terdapat enam orang lainnya yaitu satu keluarga asal Jogoroto yang mendirikan gubuk di sisi kanan gua, tepat di tepi ngarai. Mereka menghuni area itu tanpa izin, menambah kekhawatiran warga.
Ketua LMDH Mitra Wana Sejahtera, Achmad Yani, mengatakan warga resah karena penghuni baru itu tidak jelas identitasnya.
“Kami takut mereka pelarian atau orang bermasalah. Tidak pernah permisi, tidak ada surat,” katanya.
Sudah Pernah Ditertibkan, tapi Tetap Menolak Pindah
Sudarmaji sudah tinggal di Gua Anggas Wesi sejak sekitar 1983. Upaya relokasi oleh Perhutani dan aparat gabungan sudah dilakukan, bahkan dibangunkan gubuk baru berjarak 50–100 meter dari mulut gua. Namun upaya itu mentok.
“Awal tahun 2025 kami tawarkan pindah. Gubuknya sudah dibangun tanpa biaya dari Sudarmaji. Tapi dia tidak mau pindah,” jelas Tarmidi, Kepala BKPH Jabung.
Akibatnya, aktivitas peziarah menurun drastis. Banyak pengunjung yang biasanya datang untuk ritual kini memilih menjauh karena kondisi gua dianggap tidak lagi nyaman.
Perhutani dan Pemerintah Diminta Bertindak Tegas
Melihat kondisi gua yang semakin tak terawat, LMDH dan masyarakat berharap pemerintah serta Perhutani segera memberikan tindakan tegas sebelum Gua Anggas Wesi kehilangan nilai wisata dan spiritualnya.
“Ini gua potensial sebagai destinasi. Sayang sekali kalau rusak karena dihuni orang yang tidak bertanggung jawab,” ujar Achmad Yani.
Sementara itu, keluarga penghuninya yang menetap di gubuk diberikan batas waktu relokasi. Jika tidak pindah dalam sebulan, pihak Perhutani akan mengeluarkan surat pernyataan pemindahan paksa sesuai prosedur.
***
Tim Redaksi.
Sumber: Dtk.